Selasa, 01 Februari 2011
Senja di sore itu
Hujan pagi itu masi mengguyur Balik Papan.Membuat manusia enggan beraktifitas pagi itu.Jalanan yang tadinya di hiasi dengan padatnya mobil-mobil yang berkeliaran,kini hanya di genangi oleh air yang semakin lama semakin meninggi.Rara dari tadi hanya duduk di dekat jendela sambil mengawasi air yang mengalir deras di dalam got.Tak di duga kalau pagi ini hujan akan sederas ini.Padahal jam 10.00 nanti dia harus sudah berada di kampus untuk kuliah dengan Pak Zendra SH.Dosen yang paling di takuti oleh seluruh teman-temannya.Sebenarnya mereka bukan takut,tapi mereka benci dengan Pak Zen.Karena system kuliah Dosen yang satu ini adalah mengejar target.Tidak peduli,yang di ajar mengerti atau tidak.Rara akhirnya beranjak dari tempat duduknya saat di lihatnya jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.30.Ia haru segera mandi.Karena pasti sebentar lagi,Mama akan menyemburnya dengan omelan kalau dia tidak kuliah. Rara melangkahkan kakinya untuk memasuki ruangan yang menjadi istananya juga teman-temannya saat kuliah.Namun yang membuatnya dongkol,dosen yang paling di benci ini sudah duduk duluan dimuka kelas sambil menunggu mahasiswa yang belum datang.Dan sialnya Rara yang datang lebih awal.Jadi mau tidak mau dialah yang menerima mata kuliah lebih dahulu dengan Pak Zendra SH.”TNI AD(Terima Nasib Ini Apa Adanya).”Katanya dalam hati. “Kalian kemana sih?Kok nggak ada masuk?”Gerutu Rara saat melihat sovi juga teman-temannya tidak muncul di kelas. “Bangun kesiangan bhebs…..Jadi aku nggak masuk kuliah dengan Pak Zen.”Sovi menjawab sambil menghirup kuah sotonya. “Tapikan kalian bisa ngasih tau aku kan kalau kalian nggak masuk….Masa di kelas Cuma aku sama Pranata sih….kan nggak lucu…..” “Hahaha…….Jadiii……kalian mau jadi anak yang berbakti sama Negara ya….rajin banget kekampus…..Tapi nggak pa-pa lah…ntr kalau kalian sukses aku nebeng aja….” Sovi meneruskan makannya tanpa mempedulikan Rara yang masih geram dengan nya.Kalau saja dia bukan teman dekatnya.Pasti jitakan sudah mendarat di kepalanya yang manyun itu.Akhirnya Rra pun tergiur untuk memesan soto panas.Tadi dia belum sempat sarapan di rumah.Lagi pula hujan-hujan Mama malah masak nasi goreng.Kan nggak lucu….Yang ada juga ngantuk aja bawaannya.Walaupun sebenarnya hujan-hujan begini tarik selimut peluk guling malah lebih enak.****** Hari ini lain dari biasanya.Matahari mulai tersenyum menghiasi bumi.Burung-burung pun mulai menari-nari diatas dahan-dahan yang rindang.Rra tersenyum melihat semua itu.Di bukanya jendela kamarnya agar udara yang pengap berganti dengan udara segar.Hari ini Rra masuk sore.Dan pagi ini sudah di rancangnya sebuah rencana untuk menemui Alvin,kekasihnya untuk sekedar membawakan makan siang.Alvin seorang Intel di POLRESTA Balik Papan.Kemungkinan Alvin hari ini makan di kantin depan kantornya.Sekali-kali Rara ingin membawakan makanan buatannya sendiri untuk Kekasihnya. “Emang kamu mau bawain apa sih,Ra,buat Alvin?”Mama mengoreksi semua lunch box yang di isi oleh makanan . “Ikan pindang,Ma…Kesukaan Alvin.Dia kan belum pernah makan siang dengan masakan Rara.Nggak pa-pa kan sekali-kali Rra bawain dia makanan?”Rara menjawab sambil memakai sepatu. “Ya udah.Kamu hati-hati.Jangan lupa STNK motor di bawa.Jangan mentang-mentang Alvin Polisi,kamu seenaknya aja.” “Ya enggak lah,Ma……Ya udah Rara pergi dulu,ya……”Rara mencuim tangan Mamanya. “Hati-hati,ya…..” Rara melangkahkan kakinya menuju POLRESTA untuk menemui Alvin.langkahnya begitu semangat.Seolah tahu kalau sesorang sedang menunggunya di sana.Dan saat Rara tiba di tempat itu,Alvin lebih dulu menghampiri Rara.Dengan tersenyum Alvin menyambut kedatangan Rara.Di kecupnya dahi Rara saat sampai di depannya. “Apa kabar, Bu?”Alvin memanggil Rara dengan panggilan sayangnya. “Baik.Bebe apa kabar?”Bebe panggilan sayang dari Rara untuk Alvin. “Sepertih yang Bubu lihat sekarang.”Mata Alvin tertuju pada bungkusan yang di bawa oleh Rara.”Bawa makan siang buat Bebe?” “Iya,nih....Bubu bawain Ikan pindang kesukaan Bebe.Belum makan kan?” “Ya belum lah....Kan Bebe udah pesan makan siangnya sama Bubu....Gimana sih......” Rara tersenyum mendengar perkataan Alvin.”Bisa aja,Bebe....Tapi.....Bubu nggak bisa nemenin Bebe makan siang di sini.” “Kenapa?”Ada perasaan kecewa di hati Alvin. “Bubu harus ke kampus.Katanya di suruh jadi anak pinter.....Nggak pa-pa ya...Bubu nggak temenin Bebe makan siang....” “Hmmmmmmm..........Iya deh......Tapi.....ntar sore boleh kan,makan malem bareng di rumah Bubu????” “Boleh...Tadi Mama emang pesan kok...Hampir aja Bubu lupa....” “Yeeee gimana sih....umur baru 20 udah pelupa....Yaudah,brangkat deh....ntar telat lagi...” “Ya deh...Bubu pergi dulu ya....Da Bebe...”‘ “Da Bubu....” Rara melangkah meninggalkan kantor Alvin.Di lambai kan tangannya sebagai tanda kalau Rara masih ingin di situ.Hubungan Alvin yang di jalani dengan Rara sudah berumur 1 tahun.Rara pun makin yakin kalau Alvin lah yang mampu membimbing Rara dalam segala hal.Rara pun bertekad ingin segera menyelesaikan studinya yang tinggal dua tahun lagi di jurusan Komputer.Dan tampaknya Mama dan Papa pun setuju dengan pilihan Rara.Hanya yang Rara belum tahu,apakah orang tua Alvin juga setuju?Yang pasti Rara ingin mereka juga setuju. Awalnya memang lucu.Alvin selama ini selalu ilfell dengan Rara yang bertingkah sepertih lelaki.Gayanya yang selalu berkesan dancer R&B membuat Alvin senang meledeknya pejantan.Tapi memeang itu kegiatan Rara.Dan itulah yang membuat Rara jadi sangat benci pada Alvin.Rara memang hobby dengan Dancer.Dan kebanyakan laki-laki suka dengan gadis yang feminim.Bukan berkesan tomboy sepertih Rara.Tapi toh akhirnya Alvin malah jatuh cinta pada Rara.Mungkin karena sering memperhatikan Rara yang selalu berkesan menantang laki-laki denagn gaya tomboynya.***** Hari ini tak sepertih biasanya.Panas terik memanggang seluruh manusia yang ada dibumi ini.Membuat Rara enggan untuk melangkah kemana-mana.Tapi ia harus segera berangkat,karena anak-anak didiknya pasti menunggu di sanggar dancer.Sebagai guru les Dancer Rara tak biasanya terlambat.Ia tak mau anak didiknya Ilfeel padanya.Alvin sepertihnya tidak mau di ganggu dengan istirahat siangnya.Entah mengapa beberapa hari belakangan ini Alvin sulit di hubungi,selalu bilang sibuk saat di tanya.Dan siang itu akhirnya Rara pun pergi sendirian untuk menuju sanggar dancer.Walaupun sebenarnya ia sangat jengkel dengan sifat Alvin belakangan ini.Panas trerik di siang hari semakin memacu kejengkelan Rara terhadap Alvin.Tapi,mungkin juga Alvin kecape an dengan pekerjaannya.Jadi Rara harus bisa memaklumi keadaan itu. “Kok sendirian?”Tanya Sovi saat melihat Rara datang sendirian. “Alvin nggak bisa nganterin.Dia sibuk mungkin.”Jawab Rara menahan kesal manakala di ingatkan dengan Alvin yang mulai jarang mengangkat telvonnya belakangan ini. “Kenapa..... kalian berantem?” “Jelas dong,kalau kayak gitu caranya.Siapa yang mau di cuekin coba?Kamu juga pasti nggak mau,kan?” “Sabar,Ra...Dia kan juga butuh istirahat.Kamu jangan mau menag sendiri,dong....” “Ya,udah....Kok kamu jagi marah sama aku sih,Sov.....”Rara mulai kesal dan langsung mengambil alih untuk memimpin anak-anak. Sovi hanya mengangkat bahu melihat sifat temannya.Yang psti ia merasa ada yang tidak beresdi balik hubungan Rara temannya dengan Alvin,Intel di POLRESTA itu.Tapi Sovi tidak mau mengatakkan hal itu pada Rara saat ini,Karena sebagai teman Sovi Tidak mau Rara salah paham dengan semua ini.Tapi Sovi juga harus mencari tahu tentang Alvin,juga kebiasaannya saat di kantor.Salah satu caranya dengan mengorek semuannya lewat tukang kebun yang tinggal di tempat itu. Ternyata benar yang di katakan Rara.Alvin sangat berubah.Dia tak sepertih Alvin yang dulu.Dia cenderung sendiri dan tidak mau di ganggu.Bertemu Sovi pun tak mau menyapa.Seolah tidak pernah kenal.Tapi sedikit pun,Rara tidak pernah menaruh rasa curiga atau prasangka buruk terhadap Alvin.Itun kah yang namanya Cinta Dan Kepercayaan????? Semakin tak tahan melihat sikap dingin antara Alvin dan Rara,kaki Sovi pun tergerak untuk menghampiri Tukang kebun yang tinggal tak jauh dari kantor itu. “Bapak pasti tau kan tentang mereka yang ada di sini?”Tanya Sovi sambil menyodorkan sebungkus rokok ke pada tukang kebun itu. “Ya…kurang lebih begitu lah Non…..Emangnya Non mau Tanya tetang siapa sih?”Pak Dayat duduk di atas tikar yang terbuat dari pandan di pondoknya. “Saya mau Tanya tentang Alvin ,Pak.Apa Bapak tau bagaimana dia saat di sini? “Non pacarnya Pak Alvin?” “Bukan.Saya punya teman.Dan teman saya itu pacarnya.” “Setahu Bapak,Non….Kemarin Bapak Kapolresta,Pak Hadi Mau memindah tugaskan Pak Alvin ke Bandung Non…..Kenapa juga Bapak nggak tahu persis.Yang jelas kemarin Bapak sempat mendengar ancaman kalau Pak Alvin tidak mau,Pak Hadi akan menonaktifkan jabatannya sebagai Polisi.” “Pasti ada yang nggak beres,Pak….” “Wah…kalau masalah yang itu Bapak nggak tahu Non….Wong Bapak Cuma tukang kebun.Memangnya sudah berapa lama teman Non pacaran dengan Pak Alvin?” “Sudah Satu tahun,Pak…..Mmmmm,Kalau begitu terimakasih,ya Pak….Saya permisi dulu.” “Iya,Non….Sama-sama.”***** Setelah mendengar cerita dari Sovi tentang Alvin kekasihnya,siang itu Rara memaksa Alvin untuk bertemu di caffe tempat biasa mereka bertemu.Sebenarnya Alvin enggan unutuk bertemu dengan Rara,di karenakan Pak Hadi yang memberinya tugas untuk menemaninya menghadiri pesta pernikahan sahabatnya yang menjadi Kapolsek di Bandung jam tiga nanti.Namun sepertihnya Rara tidak menghirau kan alasan itu,Ia tetap ingin bertemu,dan mengancam akan datang ke kantor dan membawanya pergi.Dan anehnya Alvin takut dengan ancaman Rara.Ini di luar sifat Alvin. “Kenapa sih,maksa banget?”Katanya saat sampai. “Bebe tu makin aneh tau,nggak?Kenapa belakangan ini Bebe jarang mau angkat tellphone dari Bubu?Dan kenapa Bebe nggak bilang kalau mau di pindah tugas?” Alvin tersentak mendengar perkataan yang terakhir dari bibir Rara. “Dari mana Bubu tau kalau Bebe mau di pindah tugas?” “Jangan Bebe pikir selama ini Bubu nggak tau ada apa di balik ke diaman Bebe.Bubu nggak nyangka kalu Bebe selama ini bermasalah dengan jabatan Bebe.” “Mulai sekarang…..Jangan panggil aku dengan panggilan sayang itu lagi.Aku nggak pantes dapetin panggilan sayang itu juga cinta kamu,Ra.”Alvin berdiri menghadap pantai yang tak jauh dari caffe itu.”Cinta kamu terlalu tulus buat aku,Ra.Sedangkan aku nggak bisa membalas ketulusan cinta kamu.” “Maksud kamu????Kamu mau ninggalin aku,Vin????” “Aku akan ceritakan yang sebenarnya,dan mungkin ini terlalu sakit untuk di dengar.Tapi aku harus menceritakkannya,Ra.Dan sumpah demi Tuhan,ini bukan kemauanku.Ini kemauan orangtuaku,juga demi masa depanku.” “Orangtua kamu,masa depan kamu.....Aku nggak ngerti,Vin.” “Sebelum aku cerita,aku harap kamu sudah siap untuk mendengarnya.” “Aku udah siap!”Jawab Rara seakan sudah tau apa yang akan di katakan. nya.“Aku akan di pindah tugaskan karena aku akan di nikahkan dengan putri tunggal Kapolres Ku.Pak Hadi.” Rara tebelalak mendenganr semua itu.Ia merasa ada petir di tengah terik matahari siang.Air matanya yang telah siap mengalir,di bendungnya rapat-rapat di sela-sela bola matanya.”Lalu apa hubungannya dengan kedua orang tua Mu?”Tanya Rara setelah sedikit tenang. “Mereka sudah berteman lama.Dan aku ternyata sudah di jodohkan dari dulu dengan Dona.Putri tunggal Pak Hadi.” “Dan kamu menerimanya?Lalu kenapa nggak dari dulu kamu mengatakan hal itu kepadaku,Vin?”Kini Rara bukan lagi memanggil nya dengan panggilan sayang itu. “Aku baru tahu sekarang.Dan aku juga nggak amu kehilangan masa depanku yang selama ini dengan susah payah Ku cari,Ra.Aku juga nggak mau durhaka terhadap orang tua Ku.Bagi Ku,siapa pun yang jadi pendamping hidup Ku,adalah pemberian dari Tuhan.Aku hanya berusaha untuk mendapatkannya.Dan aku harap,kamu pun berfikiran sepertih itu.Maafin aku,Ra.Aku harus lakukan ini dan tinggalin kamu.Tapi asal kamu tahu,dari awal aku mengenal kamu,aku bisa merasakan betapa berharganya hidup di dunia ini.Aku masih cinta sama kamu.” Rara hanya terdiam terpaku mendengar perkataan itu.Ia masih tegak berdiri di depan Alvin yang sudah siap meninggalkannya.Air mata yang ada menggenang di bola matanya kini telah tumpah mengalir jatuh membasahi pipinya.Sebenarnya air mata itu tak ingin di jatuhkannya,tapi Rara tak sanggup lagi membendung air mata itu.Ketegarannya telah di runtuhkan oleh Alvin saat mendengar Alvin akan di nikahkan dengan Putri atasannya.Rara bisa menghargai itu.Ia juga tahu betapa Alvin menjadi kebanggan keluarga jika ia bisa menuruti keinginan keluarganya.Tapi hati Rara belum rela untuk itu. “Apa pun yang kamu tempuh,aku yakin sudah takdir yang di gariskan Tuhan.”Kata Rara sambil menghapus air matanya.Kini ia berdiri di dekat Alvin dan berhadapan.Ia mencoba untuk tegar.”Aku terima semua ini.Karena aku tahu,kalau kamu adalah kebanggan keluarga kamu.Aku akan lebih di sayang,kalau kamu mau menuruti kemauan mereka.Termasuk menikah dengan Dona.Putri Pak Hadi.Mungkin belum waktunya aku mendapatkan cinta yang bisa menerima aku apa adanya.Dan kalau kamu ingin tahu,hati ini sudah terlalu tegar untuk kamu tinggal dalam waktu yang begitu cepat.Kamu memang nggak menyakiti aku dengan cara selingkuh.Tapi aku,menganggap ini kutukan karena aku telah salah mencintai seseorang.” Rara langsung meninggalkan Alvin yang masih berdiri di hadapannya.Matahari senja menjadi saksi bahwa Alvin bukan milik Rara lagi untuk selamanya.Ia melangkah sambil menahan air mata yang siap tumpah.Entah apa yang ada dalam benak Rara saat ini orang lain tak bisa menebak.Ia ingin menangis,tapi ia juga harus tetap tersenyum saat bertemu orang lain.Seolah tak terjadi apa-apa terhadap Rara. ***** “Jadi ini yang membuat dia lebih cenderung pendiam sekarang ini.”Gumam Rara menyadari sifat Alvin Yang lebih berbeda dari sebelumnya.Nafasnya terasa sesak.Rasa-rasanya ia tak sanggup lagi hidup dalam kesakitan sepertih ini. “Rara....Sovi datang.”Suara Mama membuyarkan lamunannya.Buru-buru di hapusnya air mata yang berlinang di pipinya. “Suruh masuk aja,Ma.....”Rara tetap tidak mau membuka pintu kamarnya. “Maafin aku,Ra.....’Kata Sovi yang menyadari keadaan temannya.”Aku harus cerita semuanya tentang Alvin ke kamu.Aku nggak mau kamu terus-terusan nggak tahu apa yang terjadi sama dia.”“Nggak pa-pa,Sov.....Aku justru makasih banget sama kamu.Aku mungkin nggak kan tahu sama sekali kalau kamu nggak berusaha buat cari tahu tentang Alvin.” “Sabar,ya.....Aku tahu perasaan kamu.....Kapan Alvin pergi ke Bandung?” “Dua minggu lagi.Dia mau aku juga mengantarkan ke pergiannya untukak sang yang terakhir kalinya.Aku nggak sanggup,Sov....Tapi aku masih ingin melihatnya.......”Rara menangis sambil memeluk Sovi. “Ra.....Kamu perempuan tegar.....Kamu nggak bisa nangis Cuma gara-gara Alvin.” “Mama juga bilang begitu.....Tapi kenyataanya......Aku rapuh,Sov.....Aku nggak mau munafik....Aku masih cinta sama dia.....” Sovi semakin sedih mendengar penuturan sahabatnya.Selama ini yang Sovi tahu,Rara tidak mau ambil pusing kalau urusan bercinta.Tapi kali ini,sungguh lain dari kenyataan sebelumnya.dulu Sovilah yang selalu menangis saat di tinggalkan Doni kekasihnya.Namun itu bukan karena Doni akan di nikahkan dengan gadis lain.Tapi karena Sovi yang selalu selingkuh.**** Sore itu,matahari sedang indah-indahnya bersinar untuk kembali ke peraduan.Air pantai yang biru menjadi lebih indah saat matahari menerpanya.Cahaya perak itu memancar kemana-mana.Sungguh hari yang indah.Hanya sayang.Keindahan itu harus mengantarkan Kepergian Alvin menuju Bandung.Dan menetap di sana,dan meninggalkan Rara untuk selamanya.Rara masih menangis sambil duduk di tepian Pantai yang tak jauh dari Bandara.Ia tak sanggup untuk melepaskan Alvin yang sudah membawa separuh cintanya. “Aku mau hari ini kamu jangan menangis,Ra.Tetaplah tersenyum Untuk,Ku.”Suara Alvin menghentikan tangis Rara.Rara pun menoleh ke arah Alvin yang menghampirinya.Ingin rasanya ia menghambur untuk memeluknya.Tapi niat itu di urungkan saat di ingatnya Alvin bukan miliknya lagi.Ia hanya berdiri saat Alvin menghampirinya. “Kenapa kamu masih di sini?Jam berapa pesawat kamu berangkat?”Rara masih mencoba untuk berpaling. “Jam 5 nanti.Dan untuk hari ini aku mohon,Ra....Buang ke angkuhan kamu.Aku tahu,Ra..kamu masih sayang sama aku.Jangan bohongi hati kamu,Ra....” “Aku memang masih sayang sama kamu,Vin....Tapi bukan berarti dengan seenaknya kamu bisa meminta Aku untuk mengatakan itu,sementara kamu bukan milik Ku lagi.....Kamu lakukan ini untuk masa depan kamu,Orangtua kamu.Tapi kamu masih meminta aku untuk tetap mencintai kamu yang jelas-jelas akan meninggalkan aku.Di mana perasaan kamu,Vin?Di mana?!!!” Kali ini Rara benar-benar menumpahkan semua yang mengganjal di hatinya.Ia ingin Alvin tahu betapa sakitnya hati Rara saat mendengar berita yang tak pernah di duga itu.Rara tidak punya pilihan lain lagi.Karena Alvin Sendiri memilih untuk mengikuti kata hati orang tua juga Nuraninya. “Tapi untuk kali ini,Ra.....Izin kan aku memeluk kamu,mencium dahi kamu,dan mengucapkan kalimat sayang Ku sama kamu.Untuk yang terakhir kalinya.Dan menyakinkan kamu,kalau akan ada yang lebih baik dari aku yang akan mencintai kamu.” Alvin merengkuh Rara ke dalam pelukkannya.Rara pun tak mampu berkata-kata lagi.Dalam hatinya masih menginginkan Alvin untuk tetp bersamanya.Hanya keadaan itu tak mungkin akan terjadi. “Aku sayang sama kamu,Ra.Aku masih cinta sama kamu.”Kali ini tangis Rara makin menjadi.Saat Alvin mendaratkan kecupan di dahinya.Dulu Alvin sering memperlakukan Rara sepertih itu.Dan kini,itu menjadi yang terakhir kalinya Alvin mencium dahinya.”Aku pergi.”Alvin perlahan-lahan melepas pelukkannya.Dan beranjak menuju pesawatnya. Matahari yang siap kembali keperaduannya mengantarkkan langkah Alvin yang akan berangkat menuju Bandung.Semakin samar dan lama-lama menghilang.Pesawat yang di tumpangi Alvin kini telah meluncur meninggalkan Balik Papan.Rara hanya bisa menangis kembali untuk melepaskan kepergian Alvin dari hidupnya. “Matahari sore tidak mau melihat tangis seorang Gadis.Karena hari ini adalah senyumnya untuk Esok Hari.” Rara menoleh ke arah suara itu.Seorang laki-laki sedang berdiri menghadap Kearah pantai.Tapi sayang.Ia buru-buru pergi sebelum Rara mendekatinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar