Sabtu, 26 Februari 2011



PERJALANAN SPIRITUAL MANUSIA




   NAMA       : MEGA PUTRI
                 KELAS      : XII-AK 2
PRAKTEK BAHASA INDONESIA
JUDUL NOVEL        : SERIBU SUJUD SERIBU MASJID
PENGARANG           : TANDI SEKOBER
TAHUN TERBIT       : NOV 2010
TEBAL NOVEL        : 276 hlm

Buku ini bercerita mengenai kehidupan dua orang sahabat didaerah sekober,Indramayu pada tahun 1965. Pada waktu itu Sekober adalah Wilayah yang tak tersentuh agama . Dalam novel ini diceritakan, tokoh Kasdi dan Zum –dua bocah cerdas— itu dibesarkan di kawasan Sekober. Zum adalah anak gundik Bah Ceh Nong tokoh Papoerki/PKI. Kasdi adalah anak seorang seniman tarling ulili wa u waing bernama Camang. Ayah kasdi bekerja sebagai penabuh drum milik Bah Ceh Nong ayah zum , orang paling kaya didaerah Sekober. Kedua sahabat ini bersahabat dalam cahaya kinasih kultur pesisiran.
Hingga ketika prahara G30S/PKI (Partai Komunis Indonesia) tahun 1965 merobek Sekober, alur nasib mereka berubah drastis . Camang ayah kasdi dicurigai sebagai antek PKI karena ia bekerja dengan Bah Ceh Nong . Camang ternyata bernasib baik. Saat dieksekusi ia melompat ke sungai Cimanuk. Dia berpura-pura menjadi gila. Dan memilih jalur itikaf bergerak dari masjid ke masjid untuk menghindari kejaran tentara. Ia menjadi gelandangan sekaligus sosok sufi khuruj fi sabillilah. Meski ia tidak bisa membaca huruf arab tapi ia selalu tunduk tertib mendengarkan orang membaca Alquran. “Aku ingin telingaku, kolbuku, mataku, rongga dadaku, perutku, tulang-tulangku, nadiku dipenuhi ayat-ayat suci Alquran,” ucap Camang di sebuah teras masjid. ”Dan itu aku dapatkan pada 1000 sujud 1000 masjid.”Sedangkan Bah Ceh Nong ayah Zum Mati mengambang disungai Cimanuk dengan Kepala yang hampir putus.
Kedua Sahabat ini pun Terlunta lunta dalam menghadapi kehidupan. Adapun Zum menjadi Dombret ,Pelacur,hingga Pencopet. Kasdi sempat menjadi copet bersama dengan Zum,Zaki,dan Karman . Namun sewaktu kakeknya meninggal dan mewariskan sebuah surau miliknya untuknya, Kasdi pun meninggalkan pekerjaannya sebagai pencopet dan beralih profesi menjadi penjual bandros sekaligus menjaga warisan surau milik kakeknya. Ia bertekad untuk memelihara surau peninggalan kakeknya. Dengan keluguannya ia menjaga surau sepenuh hati dan keyakinan. Bukan karena dia pandai mengaji, bukan karena dia faham agama. Alasannya sederhana sekali, Kasdi hanya menjalankan amanat dari sang kakek. Ia juga berharap suatu hari ayahnya pulang dan bersujud di surau ini.
Setiap hari ia menantikan orang orang yang mau shalat jama’ah disurau milik kakeknya . meskipun kasdi tahu ini hanyalah penantian yang sia sia karena penduduk Sekober tidak ada yang mau berhubungan dengan anak seorang PKI. Juga karena surau itu dibangun atas bantuan dari Bah Ceh Nong Seorang  tokoh Papoerki/PKI. Sampai pada suatu hari kasdi bertemu dengan Supriadi yang menuntun kasdi untuk jadi pelayan Tuhan yaitu menyebarkan seruan dari rumah kerumah untuk Shalat di surau miliknya.

Masalah muncul ketika Zum yang secara tidak sengaja bertemu Kasdi di surau karena Zum mencoba untuk mencopet dompet milik Supriadi . mereka sudah lama tidak pernah bertemu semenjak Kasdi berheni menjadi pencopet. Zum disuruh Zaki mantan raja copet yang sudah menjadi orang kaya karena dijadikan kaki tangan oleh orang Singapura untuk merayu Kasdi agar Surau dan tanah warisannya itu dijual ke Zaki. karena Surau itu akan dijadikan mall sekaligus pusat stasiun televisi terbesar se-asia tenggara. Sedangkan kasdi tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap menjaga surau milik kakeknya dan tidak akan menjual kepada siapa pun .
Maka Zaki pun melancarkan niat yang licik untuk merayu Kasdi dengan menjadikan Zum seorang muslimah yang taat beragama agar Kasdi tetarik pada Zum dan menikahinya, dengan begitu Zum akan lebih mudah merayu Kasdi untuk menjual Surau beserta Tanah Warisan dari kakeknya.

Senin, 07 Februari 2011

love is not sanctioned


Tonight I saw the moon was falling I do not get it then decomposes
what should I do, today I decided
To further step forward my feet To go from you, Let it brought a lovely A Million hope we never go through
When together, I hope you can understand our love is not sanctioned
Tonight I must Willing to go, Forgive lover
Although I must left you I know this to be You hurt, just let it go lover Close your tears All this I do
For your sake, Listen to my lover should tinggalkanmu Even though I knew it was You hurt lover just let it go Close your tears This is all I did for kindness

Not Important To Read This Post

aku capek banget sama apa yang kujalani selama ini. .
aku pengen banget jadi seperti dia walaupun aku tau itu nggak akan terjadi terus gimana. . aku harus terus seperti ini . . jadi pecundang yang nggak pernah lelah jadi orang yang munafik

Never in my Life

I really can not stand the emptiness that I lead today,, 17 years have I lived but, yet I found a boyfriend who I really want. .
what is wrong with me. . they say I'm not ugly nor pretty but not why till now I've never courtship
why. . . ?


all about . .


outpouring of my heart for this is not really important, although all that I lead today is really important for my future later
actually, I do not think too much about what people say about me now, especially right now at my age are already adults, 17 years have I lived this mortal world, but yet none of the benefits that I create for the people around me


Minggu, 06 Februari 2011

My Little Girl

Bukh...Bkuhhh…………!!!!!!Suara hiruk pikuk yang berasal dari Green House terdengar hingga keluar ruangan. Veta dan Iren tengah berdiri di ujung pintu ruangan dengan maksud menghalangi orang lain untuk masuk ke dalam. Di dalam rumah kaca tersebut Sellyn tengah menenangkan Dey yang sedang terbakar emosinya, hingga tanaman Hydroponik yang menjadi sasaran pelampiasannya kini berseliweran di mana-mana. Dengan sangat berang Dey menghancurkan tanaman-tanaman malang itu hingga tak berbentuk lagi.“Dey, Tenanglah”“Kau tidak perlu marah seperti ini”“Hal ini hanya akan membuat Joe bertambah besar kepala saja”Sellyn mencoba untuk terus menenangkan Dey yang emosinya kian memuncak. Wajah Dey begitu murka, nafasnya pun terdengar memburu.“Kurasa kali ini akan ada perang besar” Ujar Veta yang mengintip ke dalam ruangan.“Joe benar-benar keterlaluan, entah apa yang diinginkannya. Bukankah selama ini Dey telah begitu baik kepadanya, bahkan Dey tidak pernah sama sekali mengkhianati hubungan mereka dan sekarang, dia malah selingkuh dengan gadis lain yang jelas-jelas adalah junior di sekolah ini. Apa itu tidak keterlaluan namanya ?” Gerutu Iren.Veta mengangkat bahunya dengan wajah yang pasrah.“Kita tidak berhak menghakimi Joe dengan pikiran kita sendiri, selama ini kita telah mengenal Joe dengan baik. Dia bukan tipe cowok yang suka mengambil keputusan tanpa ada alasan yang jelas”“Maksudmu ?” Lirih Iren.“Entahlah, kita lihat saja perkembangan masalahnya nanti, aku yakin pasti akan ada jawaban dari semua hal ini” Jawab Veta dengan bijak.Sementara itu di Green House, Sellyn masih tak henti-hentinya menasehati sahabatnya yang kini mengalami patah hati karena dikhianati oleh kekasih yang begitu dicintainya. Tampak Dey mengalami stres berat. Ada genangan air mata yang berusaha ditahannya agar tidak tumpah begitu saja.Dey masih tidak membuka mulutnya untuk bicara sepatah katapun, aksi brutalnya yang tadi rupanya sangat menguras tenaganya.“Dey, Joe tidak pantas untuk kau sesali seperti ini. Dia hanya satu dari sekian banyak pengkhianat yang nantinya akan kau temui” Bisik Sellyn sambil merangkul pundaknya.Dey terdiam tanpa ada komentar.# # #Two months later…Keempat siswi populer dari “SMU Briliant” siang itu setelah jam sekolah usai, mereka berjalan beramai-ramai menuju ke lokasi parkiran. Setiap langkah mereka tak lepas dari tatapan orang yang ada di sekitarnya. Siapa yang tak kenal dengan Dey-Cs. Empat gadis cantik, putri dari keluarga konglomerat. Mereka seolah menjadi trendsetter di sekolah, bahkan menjadi icon dari setiap barang yang mereka kenakan. Mereka adalah siswi tingkat tiga dari kelas Exact. Seluruh penghuni sekolah begitu segan terhadap mereka berempat.Dey adalah gadis yang paling mencolok di antara mereka berempat, lebih tepatnya disebut sebagai leader dari gank yang mereka dirikan.“Eh, di Permata Mall siang ini akan diadakan big party untuk menyambut kedatangan Direktur barunya. Bagaimana kalau kita main ke sana ?” Usul Veta saat Ia nyaris masuk ke dalam mobil yang dikendarai Iren.“Malas” Sahut Sellyn dari mobil seberang. Saat itu Sellyn telah berada semobil dengan Dey.“Game Center lebih menarik” Timpal Dey yang kini berada di balik kemudinya dan siap untuk meluncur bersama Black Jaguar-nya.“Siiippp…!!!” Sahut Veta dan Iren serempak sambil mengacungkan jempol.Dengan segera kedua mobil mewah itupun meluncur dari pelataran parkir, meninggalkan sekumpulan kendaraan lainya yang tak sebanding.“Hey, kalau berani ayo balapan !!” Seru Veta dengan suara menantang.“Yang kalah taruhan, harus mengerjakan tugas Kimia selama sebulan” Tambah Iren tak kalah seru.Bremmm……Tanpa sahutan Dey langsung menaikkan kecepatan mobilnya dan melaju dengan cepat. Iren yang berada di mobil seberang pun tak mau kalah, Ia kembali menyusul ketinggalannya dan menjajali mobil Dey.“Lamborgini-ku tak akan kalah begitu saja” Umpat Iren.Maka terjadilah aksi ugal-ugalan di sepanjang jalan menuju ke gerbang sekolah. Para siswa lainnya begitu mendengar deruan mobil mereka dengan segera mengambil posisi menepi sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.“DEY, AWAS !!!” Mendadak Sellyn berseru panik bukan kepalang, ketika mobil Dey nyaris menyenggol seorang siswa yang baru saja akan menyebrang dari jalur sebelah.“Sialan !!!” Dengus Dey dengan jengkel.Ia membanting kemudinya, kemudian dengan spontan mengambil jalur darurat.Fuihh.. Nyaris…… Hanya tinggal sejengkal lagi Jaguar milik Dey menabrak tembok gerbang sekolah.Hhhh… Sellyn menghembuskan nafas leganya. “Hey, kalian baik-baik saja” Ujar Veta sambil menghampiri mobil mereka.Prakhh…Dengan kasar Dey membanting pintu mobilnya, Ia bergegas turun dan hendak membuat perhitungan dengan siswa yang dianggap nyaris membuatnya celaka.“Dey…” Sellyn langsung bergegas menyusul Dey, Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya yang sedang marah besar itu.“Heh...!!! Selain kaki, pakai matamu untuk berjalan” Tukas Dey murka.Rentetan kalimat makian yang siap diledakkan Dey kapada si pembawa sial siang ini, spontan tersendat menuju ke kerongkongannya. Tatapan Dey nyalang menyambut sepasang mata bening itu.Begitu pula dengan ketiga sahabatnya yang kini berdiri tepat di belakangnya, mereka langsung tertegun saat menyadari kalau siswa yang dilabrak Dey tak lain adalah Rea. Gadis selingkuhan Joe.Sejenak kedua bola mata Dey dan Rea saling beradu. Sebuah pemandangan yang tidak mengenakan hati.Brengsek. Wanita sialan ini lagi. Umpat hati Dey kecut.“Rea !!!”Seruan itu mengalihkan perhatian mereka.Joe.“Kau tidak apa-apa ?” Tanya Joe dengan khawatir pada Rea. Ciiihh…… Sok heroik !!Dey membuang tatapannya dengan jijik.Sementara itu pemandangan yang kurang menyenangkan tersebut menjadi santapan seluruh siswa yang ada di sekitar mereka.Semua orang tahu akan perang dingin yang terjadi antara Dey dan Rea. Di 2 bulan lalu, Dey sempat bolos sekolah selama hampir 2 bulan, kabar yang beredar bahwa Daniella Adam tengah mengalami stres berat karena perselingkuhan Joe dengan seorang primadona dari tingkat satu.Rea dan Dey sama-sama berasal dari keluarga berada dan terpandang, kecantikkan keduanya pun nyaris sebanding. Hanya saja watak keduanya begitu bertolak belakang. Perangai Dey yang begitu tomboy jelas saja kalah jauh dari Rea yang sikapnya begitu ramah, lembut, dan feminin. Mungkin karena alasan itu yang membuat Joe berpaling dan jatuh hati pada junior tingkat satu itu. Di sisi lain, Joe adalah siswa paling keren dan tenar di SMU Briliant, posisinya sebagai kapten basket makin membuat dia dipuja oleh sekian banyak gadis di sekolahnya. Namun hanya Rea satu-satunya gadis yang berani dan sportif untuk bersaing dengan nona besar Adam itu.Baru saja beberapa saat aku bisa bernafas lega tanpa dibayangi kedua makhluk sialan ini, kenapa sekarang aku harus berurusan dengan mereka lagi.Tanpa komentar apa-apa Dey segera memutar tubuhnya hendak bergegas secepat mungkin ke mobilnya dan berlalu.“Tunggu !!!” Seruan Joe menghentikan langkah keempatnya.“Kalian bisakan untuk tidak ngebut di arena sekolah seperti ini ?”Dasar pahlawan kesiangan.Dey membalikkan tubuhnya dan menatap kembali ke arah belakang.“Sejak kapan kau perduli dengan hal sesosialis ini ?” Sanggah Dey dengan diikuti tatapan sinisnya yang jelas menikam ke arah Joe.“Dey, Kalian tidak hanya akan membahayakan orang lain saja, tapi diri kalian juga……””Tutup mulutmu dan jangan ikut campur” Sela Dey dengan cepat.“Kalau saja dia bukan kekasihmu, pasti sejak tadi sudah kuhajar” Tandas Dey dengan sinis.Baik Joe maupun Rea, tak ada yang berani lagi menyahuti Dey. Bukankah SMU Briliant di bawah naungan yayasan Ronny Adam yang tak lain adalah Ayahnya Dey. Cari penyakit saja jika berani berurusan dengan nona besar Adam itu.“Dey… Ayo kita pergi saja” Ajak Sellyn sambil menarik lengannya. Sellyn berusaha mengetengahkan situasi, sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.# # # Black Jaguar milik Dey memasuki pelataran parkir di kediaman Adam. Sebuah rumah megah yang lebih tepat disebut sebagai Istana.“Kau tahu, sekarang pukul berapa ?” Sapaan dingin itu mencegat langkah Dey yang baru saja beberapa langkah memasuki rumahnya.Seorang wanita yang berusia sekitar 35 tahun yang tengah hamil muda itu berdiri di ujung anak tangga.“Mana ada anak sekolahan yang masih berkeliaran dengan seragam sekolah pada jam seperti ini. Matahari nyaris saja terbenam dan kau baru menampakkan batang hidungmu” Sambungnya lagi.Dey membuang tatapannya, begitu muak Ia menatap wajah “ibu tirinya” itu. Wanita yang sudah hampir setahun menghuni rumahnya, setelah Ronny Adam menceraikan istrinya. Sejak kehadirannya, Dey merasa dirinya sangat terawasi olehnya.“Mobilku mogok dan aku harus membawanya ke bengkel”“Aku baru tahu kalau di Mall sekarang sudah di buka jasa perbengkelan” Sindir wanita yang biasa disapa Amanda itu.Apa urusanmu ??Sambil memanyunkan mulutnya Dey langsung pergi begitu saja menuju kamarnya.Dasar anak pembangkang, umpat Amanda kesal.Dey merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia mencopot dasi yang menghiasi kerah seragam sekolahnya dan melemparkannya begitu saja. Dey benar-benar merasa suntuk. Dengan malas Ia bangkit kembali dari pembaringannya dan hendak mencopot seragamnya.Gerah. Itu yang Dey rasakan saat itu.Ia pun memutuskan untuk memanjakkan tubuhnya dengan berendam di dalam bathtub dalam kamar mandi pribadinya.Krakhh……Tangan Dey yang nyaris menyentuh handle pintu tiba-tiba saja telah didahului oleh seseorang yang berada dalam kamar mandi pribadinya.Siapa ???Akkkhhhhhh………Dey berteriak dengan sangat histeris saat pintu kamar mandinya terbuka, wajahnya berpapasan langsung dengan seorang pria yang hanya mengenakan sebuah baju mandi.Keterkejutan yang sama juga melanda pria asing itu. Untung saja Ia dapat mengendalikan dirinya hingga tidak berteriak sehisteris Dey.“Hey, siapa kau ??” Ujar Dey sambil menjauh dari pria itu.“Bagaimana bisa kau masuk ke dalam kamarku, Kau pencuri ya ??” Sambung Dey dengan wajah yang penuh kecurigaan.“Anabella !! John !! cepatlah ke sini, ada penyusup !!!” teriak Dey tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk menjelaskan duduk perkaranya.“Gadis kecil, tenanglah” Ujar Pria itu lembut sambil menenangkan Dey.“Jangan mendekat atau aku akan menghajarmu !!” Tukas Dey lagi.Pria itu tersenyum tipis mendengar ancaman yang keluar dari mulut mungil milik Dey. Sambil memundurkan langkahnya satu demi satu, Dey menatap awas pada pria asing yang berdiri di depan pintu kamar mandinya.“Nona muda...”Secara serempak Anabella dan John langsung menerobos masuk ke dalam kamar Dey.“Anabella, cepat usir pria ini !!” Pinta Dey sambil berlari ke arah Anabella. Wanita tengah baya itu langsung merangkul tubuh majikannya yang rupanya sedang ketakutan.“Maaf nona, beliau adalah Tuan Dirga Permana. Tadi pagi beliau baru saja tiba dari New York” Jelas John dengan sopan.Dey mengalihkan pandangannya pada Anabella.“Yang dikatakan John adalah benar. Tuan Dirga Permana masih punya hubungan keluarga dengan Tuan besar, itu berarti Tuan Dirga dan nona muda adalah kerabat dekat”.“Tapi, apa yang dilakukannya di kamarku ?” Lirih Dey.“Nyonya Amanda yang mengizinkan Tuan Dirga untuk menempati kamar ini” Jawab Anabella sekenanya.What’s ??? Dengan wajah yang penuh keterkejutan sekaligus heran setengah mati Dey melempar tatapannya pada pria asing yang di sebut Dirga itu. Sambil berpangku tangan Dirga Permana kembali tersenyum santai kepada Dey. Tap…tap…tap Dey mempercepat langkahnya menuju ruangan keluarga yang terletak bersebrangan dengan kamarnya. Di sana Ia mendapati Amanda yang sedang duduk sambil menonton infotainment sore.“Apa maksudmu ?? Kenapa kau begitu lancang mengizinkan orang lain menempati kamarku tanpa izin dariku ??” Tandas Dey begitu Ia tiba di hadapan Amanda.“Bukankah di rumah ini ada begitu banyak kamar yang bisa di tempati oleh tamu, kenapa harus kamarku yang kau jadikan…”“Dey” Sapaan itu memotong ucapan Dey.Ronny Adam telah berada di depan pintu ruangan bersama Dirga. “Kenapa bicara sekasar itu pada Amanda ?” “Bagaimana mungkin aku menghargai orang yang tidak bisa menghargai diriku” Sanggah Dey dengan sinis.“Ayah yang mengizinkan Dirga untuk menempati kamarmu”Dey menatap lurus kepada Ayahnya, ada perasaan yang tak percaya dalam hati Dey mendengar ucapan dari Ronny Adam.Ayah pasti hanya ingin membela Amanda saja. “Maaafkan Ayah, ya ?” Bujuk Ronny sambil menghampiri putri bungsunya itu.Tega sekali.Dey tak mampu berkata apapun, rasanya tenggorokannya tersedak oleh sederatan kalimat yang tak mampu Ia ucapkan lagi.Huhh…Sambil mendengus Dey langsung berlalu begitu saja.Dey sempat melempar tatapan dingin pada Dirga saat Ia melintas di depannya, namun sekali lagi di sambut dengan senyuman yang ramah.Pria idiot, awas kau.# # # Gerimis membasahi jalan Merpati sejak tadi sore, malam itu langit pun terlihat mendung. Tak ada sinar rembulan seperti biasanya.Dey berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di balkon teras rumahnya. Ia menatap sayu pada sebuah Mercedes Benz berwarna merah yang membawa Ronny Adam bersama Istrinya meninggalkan pelataran parkir rumahnya.Perasaan Dey begitu sendu, Ia membayangkan dalam mobil itu ada keluarganya yang utuh tanpa kehadiran Amanda.Kenapa perceraian itu harus terjadi, apakah pantas bagiku untuk mengklaim bahwa kedua orang tuaku tidak cukup dewasa menghadapi urusan mereka. Bukankah ini terlalu egois bagi kehidupan anak-anak mereka ??Dey bergumam seorang diri. Seolah dalam hatinya juga tengah terjadi gerimis yang berkepanjangan.“Kau masih memikirkan kejadian tadi sore ?”Sapaan itu membuyarkan lamunan Dey.Ia begitu tak berselera untuk menoleh ke arah sumber suara karena Ia sudah bisa menebak siapa pemilik suara itu.Dirga Permana.Mau apa pria menjengkelkan ini ??“Kalau kau mau, kamar kita bisa dibarter” Sambung Dirga kembali.Sok perhatian !!“Lagipula kamar itu kurang cocok untukku”Dey melemparkan tatapannya kepada Dirga yang berdiri di sampingnya.“Aku membiarkanmu menempati kamarku, hanya karena perintah Ayahku. Itu saja. Jadi kau tidak perlu sok perduli padaku” Sengut Dey.“Kau gadis kecil yang suka marah rupanya”“Hey, berhentilah menyebutku seperti itu !!”“Aku sudah kelas III SMU, usiaku 18 tahun, dan hanya tinggal beberapa bulan lagi aku akan menanggalkan seragam sekolahku dan meyandang gelar sebagai mahasiswa. Jadi berhentilah untuk menganggapku gadis kecil” Tutur Dey blak-blakkan dan dengan wajah yang kesal.Seperti biasa Dirga hanya akan tersenyum mendengar ucapan Dey yang dianggapnya terlalu polos.Sebenarnya apa yang dipikirkan pria idiot ini ?Mata Dey menjelajahi tubuh Dirga dari kaki sampai ke ujung rambutnya.Postur tubuhnya memang lumayan. Dengan tinggi yang kira-kira 183 cm dan berat badan yang kira-kira……Ehmmm……70 kg lah, memang membuatku akan terlihat seperti seorang gadis kecil di hadapannya. Postur tubuh yang cukup ideal.Dey terus mengira-ngira dalam hatinya.“Kenapa, kau menatapku seperti itu ?” Sentak Dirga yang sadar kalau dirinya tengah di perhatikan Dey dengan seksama.“Meski kata Anabella kita adalah keluarga, tapi aku merasa kau asing bagiku. Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya berada di tengah-tengah keluarga besar Adam”“Sebenarnya kau ini siapa ? Dan mau apa kau tinggal di rumahku ?”“Kau benar-benar menganggapku sebagai orang asing, ya ?” Gurau Dirga dengan diiringi senyuman ramahnya.“Aku adalah Dirga Permana”“Aku juga tahu namamu seperti itu. Maksudku, bagaimana alur garis keturunanmu dalam keluarga Adam ?” Sanggah Dey.“Apa kata keluarga saja tidak cukup ? Soal bagaimana bentuk garis keturunannya kurasa bukan hal yang penting untuk dibahas”“Lalu untuk apa kau tinggal di rumahku ? Dan untuk berapa lama ?”Pertanyaan Dey masih terdengar begitu memojokkan Dirga. Namun sesantai mungkin Dirga mencoba meladeni sikap dingin dari Dey.“Di New York aku punya kedudukan sebagai General Manager di perusahaan induk milik Ayahku. Sebulan yang lalu aku baru saja menyelesaikan studi magisterku. Dan sebagai aplikasinya, aku di beri kepercayaan oleh Ayahku untuk mengelola salah satu cabang perusahaannya dengan posisi sebagai Presiden Direktur”Woww……Tapi bukan itu yang ingin kuketahui darimu !! Pria pamer !!Dey menggumam dalam hati kecilnya.“Kebetulan letak lokasinya tak berada jauh dari rumah ini. Namun menempati rumah ini tak pernah terlintas dipikiranku sebelumnya. Sebenarnya aku berencana untuk menyewa sebuah apartemen agar kesannya lebih privacy. Tapi di luar dugaan, Ayahmu memberikan aku tawaran untuk menempati rumah ini. Jadi soal kamarmu, itu benar-benar di luar konsepku” Tutur Dirga secara panjang lebar.“Lalu untuk berapa lama kau akan tinggal di sini ?”“Mungkin 6 sampai 7 tahun kedepan”“Apa ???” Kejut Dey dengan histeris.Dirga kembali tersenyum geli melihat reaksi Dey.“Aku bercanda” Ujar Dirga singkat.“Sebaiknya memang seperti itu, karena aku tidak akan memiliki hati yang ikhlas untuk waktu selama itu” Ketus Dey.“Untuk berapa lama, aku tidak dapat memastikannya. Tapi menurut prediksiku, sekitar 1 atau 2 bulan ke depan”Wajah Dey masih terlihat kusut, karena Ia masih merasa jangka waktu itu terlalu lama baginya untuk mengungsikan dirinya di kamar lain.“Tapi, kau tidak perlu khawatir karena mungkin aku akan jarang berada di rumahmu ini. Aku pasti akan disibukkan dengan berbagai planning perusahaan”“Dengan begitu kau tidak perlu berwajah kusut seperti sekarang ini” Sindir Dirga dengan diiringi senyuman khasnya.“Memangnya, kau bekerja di perusahaan apa ?” Tanya Dey sekali lagi.“’Permata Mall” Jawaban singkat itu begitu membuat Dey terperanjat.What’s ??? “Ja…jadi kau Presdir baru itu ?”Berarti bigparty yang diselenggarakan tadi siang oleh Permata Mall adalah untuk menyambut kedatangan pria idiot ini ?? “Menurut observasiku tadi siang, ternyata Mall itu banyak di tongkrongi kalangan pelajar SMU, ya ?”“Aneh” Lanjut Dirga dengan nada bicara yang serius.Dey mengernyitkan dahinya.“Kenapa aneh ?? Bukankah hal itu justru mendatangkan keuntungan bagi pihak perusahaan ??”“Bagaimana Indonesia bisa maju, jika pelajarnya lebih suka berkeliaran pada jam-jam sekolah”“Itu paradigma yang statis” Sanggah Dey dengan cepat.“Belajarkan tidak harus di bangku sekolah. Lagipula daya serap setiap orang berbeda. Soal bagimana Ia mandapatkan ilmu atau bagaimana Ia memiliki kemampuan dari segi intelektual, tidak harus dibatasi dengan segala aturan yang terlalu menjenuhkan” Ujar Dey dengan lugas.Dirga memalingkan wajahnya dan menatap Dey.“Gadis pintar” Sahut Dirga.Dey agak kikuk dengan sanjungan Dirga.“Tetapi… apa pernah terlintas di benakmu untuk mengukur seberapa banyak waktu yang telah kau ulur hanya untuk mendapatkan kebebasan utuh seperti yang kau inginkan ?”Dey mengernyitkan dahinya dan menatap Dirga dengan bingung.“Daniella, saat ini kau masih begitu muda. Usiamu terlalu belia untuk memikirkan hal-hal yang berada jauh di depan matamu”“Yang kau sia-siakan saat ini tidak dapat kau bayar di hari nanti. Kau hanya sedang beruntung saja, karena kau adalah putri seorang jutawan terkenal. Kau adalah cerminan dari individu yang tersugesti dengan segala kesempurnaan dan kemewahan yang mengelilingimu saat ini” “Apa yang akan terjadi, jika dalam kehidupan ini semua remaja memiliki pemikiran sepertimu ?? Mungkin akan terjadi kekacauan yang besar, karena semua berlomba untuk mencari kebebasan seperti yang kita mau”“Kau tahu, harga paling mahal dalam kehidupan adalah kebebasan. Untuk itu kita tidak berhak menilai segala sesuatu dari sudut pandang kita sendiri. Ada hal-hal tertentu yang tidak dapat kita rubah keberadaannya”Semua kalimat bijak yang keluar dari mulut Dirga membuat Dey terpaku di tempatnya.Gila, he’s so amazing……“Daniella” Sentak DirgaEhmmmmm…… Dey mendengung dengan perasaan kikuk.“Aku kesulitan mencerna ucapanmu” Sahut Dey dengan polos.Sekali lagi Dirga tersenyum lebar.“We are partner” Dirga mengulurkan tangannya dengan wajah yang masih dihiasi senyuman. Namun Dey tidak membalas uluran tangan Dirga, Ia hanya mengangkat bahunya dan tersenyum tipis.“Aku tidak pernah menemukan sosok yang dewasa dalam diri Alice kakakku. Maka kau beruntung karena kau mampu membuatku tak dapat menyahuti ucapanmu”“Baiklah, aku pinjamkan kamarku padamu”Sambil melempar tatapannya ke arah jalan, Dirga mengulum senyuman kemenangannya.Tiit..tiiit….Ponsel Dey berdering. Ia membaca sejenak sebuah nama yang masuk ke layar ponselnya.Rupanya Sellyn.“Maaf, aku harus menjawab telponku” Pamit Dey.“Eh…… Nama Daniella kurang familiar. Kau bisa memanggilku cukup dengan Dey saja” Sambung Dey ketika Ia nyaris pergi.Dirga hanya menatap lurus pada kepergian Dey.Gadis kecil yang polos…… # # # Jam tangan Dey menunjukkan pukul 9. Saat itu jadwal kelas Dey untuk berolah raga. Kebetulan hari itu mereka kebagian jatah untuk menu olah raga basket. Sejak awal Bapak Herman telah memberi kepercayaan pada Joe untuk mengatur jalannya pelajaran olah raga pada pagi menjelang siang itu. Jelas saja hal itu merusak mood Dey untuk mengikuti olah raga.Ia memilih untuk duduk santai di tribun dan memainkan game pada ponselnya.“Hey, lihat !! Joe menghampiri Dey” Ujar Veta.Perhatian Sellyn dan Iren pun ikut tertuju ke arah Tribun.“Joe pasti akan memarahinya, karena Ia tidak ikut latihan” Sambung Iren. Ketiganya kembali tertawa kecil. Mereka sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi di antara keduanya.“Dey, Kau tidak ikut pemanasan ?” Tegur Joe.“Semua sedang serius mengikuti latihan, kau tidak boleh duduk-duduk saja seperti ini”“Perutku sakit” Jawab Dey dengan sikap cuek.“Sebaiknya kau ke ruangan kesehatan, biar yang lain tidak iri melihatmu”Kalimat itu membuat Dey menoleh kepada Joe.“Aku ingin tahu siapa yang berani protes ?”“Aku yang akan protes” Sanggah Joe lugas.Dey beranjak dari duduknya dan mengadu tatapannya dengan Joe.“Aku ingin bolos pelajaran olah raga, puas ??” Ujar Dey sinis.Dengan segera Ia meraih tas miliknya yang Ia letakkan di sampingnya dan hendak berlalu dari hadapan Joe.“Kenapa kau jadi seperti ini, Dey ?”“Hanya karena masalah di antara kita, kenapa kau harus korbankan pelajaran ? Aku tidak pernah mengira kalau kau selemah ini ?”Dey langsung menoleh ke arah Joe lagi.“Apa yang ada di pikiranmu ??” Tukas Dey.“Kau pikir kau siapa ? Berani mengataiku seperti itu”“Kenapa kau tidak berpikir saja betapa aku begitu muak melihatmu” Ujar Dey lagi dengan wajah yang begitu kusut.“Aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan” Tandas Dey lagi.“Kau masih tidak berubah” Sahut Joe dengan datar.“3 kali kau block shoot dariku, maka aku akan menganggap kau hadir 100%” Tantang Joe.Dey menatap penuh rasa muak pada Joe.“Oke” Tandas Dey.# # # “Dey, sudahlah. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri” Bujuk Sellyn saat Dey telah bersiap-siap untuk turun berduel di arena basket.“Joe adalah kapten basket, juga maskot Sekolah ini. Bukan hal yang sulit untuk mengalahkanmu” Sambung Iren.“Lagipula, kau belum terlambat menarik ucapanmu. Sebelum seluruh penghuni sekolah ini akan tahu soal pertandingan ini” Timpal Veta.Dey menatap wajah ketiga sahabatnya secara satu-persatu.“Kalian ini sahabatku atau bukan ?”“Seharusnya kalian yakin terhadapku” Sengut Dey sambil berlalu dari hadapan mereka dan langsung menuju ke arena lapangan.Di sana Joe telah siap sambil mendrible bolanyaPriiit………Pertandingan antara Dey dan Joe pun segera dimulai.Seluruh para siswa bergegas menuju lapangan basket untuk menyaksikan duel seru antara kedua maskot SMU Briliant. Termasuk Rea. Dia berada di jejeran salah satu penonton.Dukh…dukh…dukh…Dey berusaha untuk menjaga bola yang siap di shoot oleh Joe. Matanya awas mengikuti pantulan benda elastis yang dimainkan Joe.Joe terus mendrible bolanya untuk mencari posisi Dey yang bisa diterobosnya. Namun Dey cukup cekatan hingga berkali-kali umpan yang diberikan Joe dapat diblocknya.Lumayan.“Kau cukup gesit juga” Ujar Joe. Tapi Dey hanya diam saja seolah tidak memperdulikan perkataan Joe. Ia malah berkonsentrasi pada bola yang kini berada di tangan Joe.Hop… secepat kilat Joe melakukan teknik triple point. Bola pun menggelinding di sekitar ring, lalu jatuh melewatinya.Satu point kebobolan untuk Dey.Dengan lebar Joe tersenyum pada Dey.Sementara itu para pendukung dari masing-masing pemain makin histeris saja sorakannya.“Aku tidak mengira kalau penontonnya akan sebanyak ini” Ujar Iren sambil menerawangkan pandangannya di seluruh arena lapangan.“Siapa sih, yang tak kenal Dey dan Joe ?” Sambung Veta.Dey masih terlihat awas, sepertinya Ia tidak ingin lengah untuk kedua kalinya. Tangannnya dengan lincah diayunkan untuk terus memblock shoot dari Joe bahkan tubuhnya berkali-kali harus loncat untuk menepis umpan dari Joe yang memiliki postur tubuh lumayan lebih tinggi darinya.“Sayangnya, kau harus tahu kalau aku adalah kapten tim basket”Hanya dengan satu kali lompatan saja Joe berhasil melampaui block dari Dey.Bukh…Tanpa sengaja tubuh Joe yang melompat melampaui Dey malah justru menyambar tubuh Dey, hingga Dey pun jatuh tersungkur di arena.“Dey.....”Spontan ketiga sahabatnya bergegas memasuki lapangan dengan maksud menolong sahabat mereka itu.“Kau tidak apa-apa ?” Tanya Joe dengan prihatin.Tangan Joe yang dijulurkannya untuk membantu Dey berdiri, langsung ditepiskan Dey begitu saja.“Aku bisa sendiri” Sahut Dey dengan dingin.“Dey, hentikan saja permainan ini” Ujar Sellyn.“Jangan ikut campur” Tukas Dey.Meski pinggangnya masih terasa sakit namun Dey mencoba untuk tetap melanjutkan pertandingan itu. Ia meraih bola yang menggelinding di bawah ring. Lalu mengisyaratkan agar pertandingan dilanjutkan kembali.“Tenanglah, aku tidak akan melukai sahabat kalian” Ujar Joe yang seolah paham dengan kekhawatiran ketiga sahabat Dey itu.Ketiganya pun beranjak dari arena dan membiarkan permainan itu kembali berlangsung.Dukh…Dey melemparkan bola ke arah Joe.“Sebaiknya, kau lebih gesit lagi” Ujar Dey sinis.Mendengar hal itu Joe hanya dapat mengulum bibirnya. Berusaha untuk tidak mengomentari Dey yang mulai terbakar emosinya.“Joe” Sapaan itu menghentikan pertandingan sejenak.Rea.“Cepatlah selesaikan pertandingannya, ada yang ingin aku bicarakan”Joe pun menganggukkan kepalanya menjawab pinta dari Rea.Memuakkan.Dey membuang tatapannya, rasanya Ia ingin muntah melihat tingkah keduanya.“Kau siap ?”Dey hanya mengacungkan kedua jempolnya.Pertandingan pun kembali dilanjutkan.“Dey pasti begitu tertekan” Iren menatap dengan iba kepada Dey.“Dasar gadis kampungan, noraknya minta ampun” Sengut Veta sambil menatap dingin ke arah Rea yang berdiri tak jauh dari tempat mereka.Sementara itu Joe dan Dey sama-sama tampak mulai kelelahan. Saat shoot Joe siap menuju ke arah ring tiba-tiba saja Dey memblock dengan paksa hingga bola pun terlepas.Priiit……Dey melakukan pelanggaran.Hhhhh…..Dey membuang nafas kesalnya.“Jangan curang, sayangku” Ucapan lembut itu sejenak membuat Dey terhanyut.Rasanya sudah begitu lama aku tidak mendengar kata-kata itu. Oh… Tahukah kau betapa aku sangat merindukanmu. Aku benar-benar nyaris kehilangan tenaga untuk bertahan atas rasa sakit yang mulai mengerogoti hati kecilku. Kembalilah padaku Joeku……Dukh…Pantulan bola yang melewati ring membuyarkan lamunan Dey. Ia pun sadar kalau Ia telah kebobolan lagi. Dey menatap sayu pada bola yang menggelinding.“Kau masih berniat melanjutkan permainannya ?” Sentak Joe.Hhhh… sekali lagi Dey membuang nafas beratnya.Secara spontan Joe melemparkan bolanya keluar lapangan. Semuanya menatap bingung pada keduanya.“Maafkan aku, Dey” Sahut Joe dengan pelan.“Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu seperti ini”Hati Dey semakin diliputi perasaan sendu yang teramat dalam mendengar ucapan Joe. Namun raut mukanya masih terlihat dingin. Mata mereka saling beradu tatapan satu sama lain.“Kau menyakitiku Joe…” Suara Dey nyaris tidak terdengar.“Dey……” Seruan Iren mengalihkan perhatian Dey.“Hey, ada pria berdasi yang mencarimu” Dey mengikuti arah yang ditunjukkan Iren, dari arena tampak seorang pria yang mengenakan stelan jas rapih berdiri di koridor.Dirga Permana.Mata bundar milik Dey langsung terbelalak melihat Dirga.Mau apa dia ke sini ??Perlahan Dey pun melangkah menghampiri ketiga sahabatnya.“Dey, siapa pria keren itu ?” Ujar Veta.“Tampan sekali, rasanya dia begitu sempurna” Sambung Iren.“Wah… Kau punya pacar baru, kenapa tidak bilang-bilang ?!” Seru Veta sambil mengeraskan suaranya dengan sengaja. Dan Ia pun berhasil karena, perhatian Joe langsung teralih kepada mereka.“Kalian ini bicara apa ?” Kilah Dey.“Ohh… Jadi dia calon suamimu” Seru Iren tak kalah heboh.“Heh, berhentilah bicara seperti itu” Ujar Sellyn.“Biar Joe sadar kalau dia bukan satu-satunya pria yang mampu menggaet hati Dey” Sahut Iren yang kemudian diiyakan Veta.“Dey, Siapa pria itu ?” Tanya Sellyn.“Akan aku jelaskan nanti” Jawab Dey singkat sambil berlalu dari hadapan mereka kemudian dengan segera menuju ke arah Dirga.Di sisi lain tampak Joe yang sedang meneguk minumannya sambil melirik ke arah Dey.“Apa itu bisa disebut sudah tidak cinta lagi ?” Umpat Iren sambil melirik ke arah Joe.“Hey, apa yang kau lakukan di sini ?” Tanya Dey begitu Ia tiba di hadapan Dirga.Dirga hanya tersenyum menjawab pertanyaan Dey.“Apa kau tidak bisa, jika sekali saja untuk tidak tersenyum ?” Sanggahan Dey langsung membuat Dirga mengulum senyumnya.“Sejak tadi aku merasa aneh, kenapa mereka memandangiku seperti itu ? Apa ada yang salah dengan wajahku ?” Tutur Dirga sambil celingukkan manatap ke sekelilingnya.Jelas saja mereka terus menatapmu, kau bukan saja hanya terlihat keren. Wajahmu juga begitu tampan. Gadis mana yang tidak akan tertarik untuk menatapmu.Dey bergumam dalam hatinya.“Siang ini Permata Mall menyelenggarakan event goes to campus, dan aku diminta untuk menghadiri acara tersebut. Apa kau mau menemaniku ?”“Aku ???” Kejut Dey.“Selain kau, tidak ada orang yang bisa kuajak untuk menemaniku. Bukankah kau satu-satunya remaja Indonesia yang kukenal” Sambung Dirga.“Ta…tapi, akukan hanya anak sekolahan”“Hey, kau hanya akan duduk di jejeran kursi undangan. Tidak ada yang akan memintamu untuk memberikan ceramah ataupun pidato. Lalu di mana letak kejanggalannya ?” Sanggah Dirga.Dey tampak menimbang-nimbang.“Soal sekolahmu, aku sudah meminta izin kepada wali kelasmu” Sambung Dirga.“Heh, kau lancang sekali” Gerutu Dey.Namun Dirga hanya tersenyum ringan.“Untuk anak SMU sepertimu, mengikuti pertemuan di Kampus 21 anggap saja sekedar cuci mata”“Kampus 21 ??” Kejut Dey sekali lagi.“Itukan kampusnya Alice”Dey kembali mengalihkan pandangannya ke arah lapangan tampak Joe sedang duduk di tribun bersama Rea. Kebetulan saat itu Joe tengah menatap ke arah Dey.Kau pikir hanya kau saja yang bisa seperti itu.Dengan spontan Dey menggandeng lengan Dirga dengan mesra.“Teman-teman aku pergi dulu, ya !” Pamit Dey sambil melambaikan tangannya kepada ketiga sahabatnya.Baik Sellyn, Iren maupun Veta, ketiganya sama-sama tertegun di tempatnya sambil menatap kepergian Dey yang bergandengan tangan dengan seorang pria keren berdasi yang tidak dikenal.Sementara itu di tribun…“Ini minumannya. Kau minum dulu, ya” Pinta Rea.Namun ditanggapi dingin oleh Joe, tanpa komentar Joe langsung beranjak dari samping Rea. Ada guratan marah terlukis di wajah Joe.# # # Sudah hampir 2 jam lamanya, Dey duduk sendirian saja di kursi undangan dan dikelilingi oleh orang-orang yang asing baginya. Dan parahnya lagi, Ia harus duduk sopan sambil mendengarkan berbagai kata-kata sambutan yang disampaikan oleh pemateri. Belum lagi ditambah dengan pandangan aneh yang dilemparkan para mahasisiwa terhadap gadis berseragam SMU seukurannya yang bisa hadir sebagai salah satu undangan.Sementara itu, Dirga Permana tengah duduk di salah satu kursi yang berada di atas panggung utama, yang letaknya berhadapan dengan kursi para undangan.Sialan, katanya minta ditemani.Dengan langkah gontai Dey memutuskan untuk meninggalkan ruangan Aula Kampus 21.Hhhh… akhirnya aku bisa menghirup udara bebas juga.Kampus ini memang lumayan elite, seluruh fasilitasnya terlihat mewah. Rasanya ingin cepat-cepat segera lulus dan menanggalkan seragam SMU.“Himmura Kenshin !!!” Seruan itu langsung membuat Dey menoleh ke belakang. Siapa lagi yang sering menyebutnya dengan nama tokoh kartun favoritnya seperti itu, kalau bukan kakaknya yang super manja.Alicia Adam.“Alice” Dey langsung merangkul erat kakak semata wayangnya itu.“Hey, apa yang kau lakukan di tempat ini ?” “Kau pasti bolos lagi, ya kan ?” Cerocos Alice.Dey memanyunkan mulutnya.“Kenapa, apa tidak bisa ke sini ?” Sanggah Dey.“Ini kawasan orang ber-IQ tinggi, bukan siswi pemalas sepertimu”“Perasaanku jadi tidak enak, bukankah ini masih jam sekolah” Lirih Alice sambil melirik arlojinya.”Baiklah, aku pulang” Gertakkan Dey cukup ampuh karena Alice segera merangkul pundaknya kembali sambil menahan kepergiannya.“Begitu saja marah” Bujuk Alice.“Oh ya, bagaimana keadaan Ayah ?”“Baik” “Lalu kau ?”“Buruk” Jawab Dey singkat.Alice mengernyitkan dahinya.“Payah, hanya karena pria ingusan itu kau sampai stres segala. Mana naluri Battousaimu ?”“Cerewet” Gerutu Dey.Alice kembali tersenyum.“Kenshin, kau sudah lama tidak berkunjung ke butik Ibu. Datanglah untuk makan malam bersama kami”Dey hanya menganggukkan kepalanya.“Terus, bagaimana kabar Veta, Iren dan Sellyn ?”“Seperti biasa” Jawab Dey sekenanya.“Jadi, kau datang sendirian, ya ?”Dey diam tak menyahut.“Kalau begitu apa kau mau menemaniku ke Aula ?”Kenapa harus tempat yang membosankan itu lagi……Dey menggaruk kepalanya.“Hey, hari ini ada kunjungan dari Permata Mall”Sudah tahu.“Dan kau tahu, teman-teman sekelasku sedang gencarnya ingin meliput acara itu. Kau tahu kenapa ?”Dey hanya mengangkat bahunya.“Karena Presiden Direkturnya yang baru sangat keren, selain itu Ia masih berstatus single” Dey tertegun di tempatnya.“Selain tampan, dia pria yang cerdas. Dalam usianya yang masih begitu muda sudah banyak prestasi yang diraihnya. Bahkan Ia diberi kepercayaan untuk mengelola Mall yang lumayan bonafid seperti Permata Mall. Bukankah itu sangat ideal ?”Dey masih melongo melihat tingkah Alice.“Hey, anak nakal ! Kenapa, kau menatapku seperti itu ?” Sentak Alice.“Aku sangat terkejut dan tidak habis pikir melihat reaksimu. Bukankah kau adalah gadis yang tidak mudah mengagumi seorang pria ?? Apa kau memang pernah melihatnya hingga kau begitu terpesona padanya ?” “Sudah hampir 2 bulan terakhir ini, aku terus saja mengumpulkan artikel tentang dirinya. Bukankah dia patut diteladani untuk mahasiswi dari fakultas bisnis sepertiku ?”Apa yang akan Alice lakukan jika Ia tahu bahwa pria yang begitu dikaguminya sekarang tinggal seatap denganku. Dia pasti akan jatuh pingsan.“Kau menyukainya ?” Lirih Dey dengan polos.“Iya, dan aku akan menjadikan dia calon suamiku”Sekali lagi Dey tertegun mendengarnya.Hahaha……“Dasar anak bodoh”Alice meremas kedua pipi Dey dengan gemas.“Dey...”Sapaan itu mengalihkan perhatian keduanya.Dirga Permana.“Aku mencarimu kemana-mana” Ujar Dirga sambil menghampirinya.Ehmmm……Dey melirik wajah Alice yang tengah shock.“Maaf, kau pasti jenuh menungguku”Dey tersenyum kikuk pada Dirga. Kemudian menyikut lengan Alice, namun hal itu masih tidak membuat Alice bergeming dari tempatnya. Dirga pun melemparkan tatapannya pada Alice yang berdiri melongo.“Kenalkan, ini kakakku” Ujar Dey yang mencairkan situasi.“Alice”“Dirga”Keduanya saling melempar senyuman ramah.“Ba… Bagiamana kalian bisa saling mengenal ?” Wajah Alice masih terlihat bingung.“Dirga masih memiliki hubungan darah dengan Ayah dan untuk sementara dia tinggal di rumah kita”Apa ???Alice semakin terperanjat dengan setengah mati.“Ja…jadi kalian tinggal serumah ?” Lirih Alice sekali lagi.Dey menganggukkan kepalanya, sementara Dirga menjawab pertanyaan Alice dengan senyuman khasnya.“Heh, kenapa kau tidak bilang kalau kau ke sini bersamanya ?” Bisik Alice. Dey kembali menggaruk kepalanya dan tersenyum kikuk pada Dirga.“Ehhmmm…… Dey sudah saatnya kita pulang” Ajak Dirga.Dey kembali menatap Alice, Ia tahu bahwa Alice masih ingin berbasa-basi sejenak dengan Dirga Permana.“Alice, ikutlah bersama kami, sekalian mengantarmu pulang” Sahut Dey.“Aku tidak bisa” Sahut Alice dengan lesu.“Aku masih punya mata kuliah berikutnya” Tambah Alice dengan wajah penuh rasa dilemma.“Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu, ya” Pamit Dey sambil mencium kedua pipi Alice.Dengan segera keduanya pun beranjak dari hadapan Alice.Payah. Dey menjulurkan lidahnya sambil mencibir Alice yang masih berdiri di tempatnya.Dey menggandeng lengan Dirga dengan mesra, kemudian sekali lagi Ia menoleh ke arah Alice dan mencibirnya.“Awas kau anak nakal” Sengut Alice dengan wajah masam.Namun Dey malah menyandarkan kepalanya di lengan Dirga sembari membuat Alice semakin iri padanya. Bahkan tak lupa Dey memperlihatkan tawanya yang mengejek Alice.Dirga yang tidak tahu menahu akan tingkah Dey, hanya menyimpan tanda tanya dalam hatinya.# # # Ferrari merah yang berbody sporty, membawa Dirga dan Dey keluar dari area kampus 21 menuju ke kediaman Ronny Adam. Dey menempati jok depan bersama Dirga.“Jadi, dia putri sulung paman Ronny ?” “Apa pendapatmu ?” Tanya Dey. “Ehmmm… sangat berbeda denganmu”Dey mengulum bibirnya dan sejenak berpikir.“Alice sangat mirip dengan wajah Ayahmu, mungkin kau lebih identik dengan Ibumu, ya ?” Sambung Dirga.Tatapan Dirga masih lurus ke arah jalan di depannya.“Sepertinya begitu” Jawab Dey singkat.“Dulu sewaktu Ayah dan Ibuku belum bercerai, jika kami berjalan bersama maka banyak yang akan bilang kalau wajah Alice lebih mirip dengan Ayahku, namun sikapnya yang lembut dan selalu ingin dimanja adalah warisan dari Ibuku. Sedangkan aku adalah kebalikannya.”“Wajahku saja yang mirip dengan Ibu, tapi watakku semuanya nyaris tidak ada bedanya dengan Ayah” Jelas Dey secara panjang lebar.Dirga menyimak cerita Dey tanpa ada komentar.“Tapi sayang, musibah besar menimpa keluargaku hingga akhirnya perceraian menjadi jalan keluarnya. Hak asuh Alice jatuh ke tangan Ibuku, sedangkan aku ikut bersama Ayah”“Kejadian itu terus saja…”Dey tak dapat melanjutkan kalimatnya, hatinya merasa begitu perih jika harus kembali menguak tragedi 3 tahun yang lalu.Hhh……Dey mencoba kembali tersenyum dan menepis perasaan perih itu. “Lalu ?” Dey mengalihkan situasi .“Lalu apanya ?” Tanya Dirga balik.“Maksudku, menurutmu Alice tipe wanita seperti apa ?”Pertanyaan sederhana dari Dey kembali membuat Dirga tersenyum.“Lumayan” Sahut Dirga sekenanya.“Kau menyukainya ?” Desak Dey sekali lagi.“Kenapa kau bertanya seperti itu ?” Dirga melirik Dey lewat kaca spion yang ada di depannya. Dey terdiam, Ia tampak kebingungan untuk menjawab.“Selain wajah yang tidak mirip, karakter kalian pun sangat berbeda”Oh ya ?Dey menatap ke arah Dirga.“Kau benar. Alice tampak lebih manja dan juga lebih feminin. Sementara kau, selain suka marah-marah juga kurang pantas untuk di sebut sebagai gadis lembut” Tutur Dirga dengan sportif.“Apa begitu signifikan perbedaannya ?” Sahut Dey pelan.“Kau tahu, pada umumnya setiap pria lebih cenderung menyukai gadis yang lembut dan manja. Ada satu sisi dari diri setiap pria yang butuh kehangatan dari seorang gadis. Sekeras apapun karakter seorang pria, tidak akan sempurna tanpa kehadiran dan perhatian dari seorang gadis”Dey menyimak perkataan Dirga dengan saksama. Ia merasa tersentuh dengan kalimatnya, walau bagaimanapun karakter yang disebutkan Dirga sama sekali tidak ada dalam dirinya.Apakah hal ini yang membuat Joe meninggalkan aku dan memilih untuk berada di sisi Rea. Seorang gadis yang ramah, lembut dan penuh perhatian.Pikiran Dey langsung menerawang pada kisah percintaannya yang kini telah hancur dan berakhir hanya karena kehadiran orang ketiga.“Dirga, menurutmu apa…”Dey tampak ragu untuk bertanya.“Ehmmm… apakah aku bukan gadis yang layak untuk dicintai ?”Pertanyaan Dey yang terdengar polos itu, membuat Dirga dengan tiba-tiba menghentikan mobil yang dikendarainya.Dey tertunduk malu.Dirga menyandarkan bahunya di kursi kemudinya, lalu kemudian melonggarkan ikatan dasinya.“Kau harus mampu menghargai apa yang kau rasakan dan apa yang kau miliki” Tutur Dirga dengan tenang.“Terkadang kita tidak pernah menyadari hal berharga yang sebenarnya ada di samping kita. Seluruh perhatian kita tersita untuk semua hal yang hanya dapat kita nikmati dengan indra penglihatan kita saja”“Dey…”Perlahan Dey mengangkat wajahnya dan menoleh kepada Dirga.“Orang yang menyakitimu mungkin belum menyadari kelebihan yang sebenarnya telah kau miliki. Sejak pertama melihatmu aku merasa kau seperti sebuah mutiara yang tersembunyi di dasar laut. Sulit untuk melihat kelebihan yang kau miliki, yang sebenarnya memang benar-benar ada”Mutiara ??“Kau pasti bergurau. Aku tahu kau hanya menghiburku” Sanggah Dey dengan mencoba tersenyum meski terasa perih.“Lagian tidak sedikit orang yang bilang bahwa aku memang bukan gadis yang menyenangkan. Selain kasar dan keras kepala, aku juga bukan seorang gadis yang pandai untuk menunjukkan rasa perhatianku. Terlalu cuek”Hhhh……Dey menghela nafas panjangnya kemudian menghembuskannya lagi. Dirga kembali tersenyum.“Kelak, kau akan tahu apa yang sebenarnya pantas untukmu”“Begitu, ya ?” Desah Dey dengan suara lirih.# # # Audio system di kamar Dey disetelnya dengan volume yang lumayan keras. Begitulah keadaannya jika sedang berkumpul dengan ketiga sahabatnya. Sambil berjingkrak-jingkrak mengikuti alunan musik Rock, mereka melakukan bermacam-macam hal yang gila dan lucu. Gerai tawa mereka pun tak kalah heboh dengan musik yang tengah mengalun.Aaakhhhh………Keempatnya menjatuhkan tubuh mereka ke atas ranjang secara bersamaan.Tiba-tiba Sellyn meraih remoute dan mengecilkan volume musiknya.“Eh, memangnya Amanda sedang tidak ada di rumah, ya ?” Tanya Sellyn dengan nada heran.“Iya, bisa gawatkan kalau dia mendapati kita tengah membuat kekacauan di sini” Sambung Veta.“Tenanglah, letak kamar ini terlalu jauh dengan telinganya” Jawab Dey dengan santai. Dey bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju ke lemari mini yang tertata rapih dengan koleksi kaset CD nya.“Tadinya, aku ingin protes karena Ia memindahkan kamarku di sini. Namun aku sadar ternyata ruangan ini cukup membuatku bebas melakukan apapun tanpa harus mengganggu dirinya” Ujar Dey sambil memilah-milah susunan kaset CD dengan maksud mencari kaset CD favoritnya.Ketiga sahabatnya tertawa kecil mendengar penuturan Dey.“Dia itu seperti tidak punya pekerjaan lain saja selain mengawasi tindak-tandukku”“Hey, kau bisa kualat kalau membangkang pada wanita hamil” Ujar Veta.Dey langsung memutar tubuhnya dan menghadap pada ketiga sahabatnya yang tengah membaringkan tubuh mereka di atas ranjang.“Kalau kualat itu memang ada, aku ingin lihat apa yang akan menimpa orang yang telah merusak rumah tangga orang lain” Sahut Dey datar.Iren, Veta dan Sellyn saling berpandangan.“Aku pasti akan menyumpahinya agar mulutnya melebar seperti katak, suaranya akan berubah seperti bebek, lehernya akan memanjang seperti jerapah dan hidungnya akan mencuat seperti pinokio, kalian setuju ?” Mereka saling beradu pandang dan………Hahahahaha…………Tawa keempatnya kembali menggema.“Dasar kau”Iren meraih tubuh Dey dan menghempaskannya ke atas ranjang. Maka terjadilah aksi tindih-menindih di antara gadis-gadis cantik itu.Selang beberapa menit kemudian, keempatnya tengah duduk-duduk santai di kursi teras belakang rumah Dey, tepatnya di samping kolam renang. Mereka menikmati cemilan yang disuguhkan Anabella.“Oh ya, Kau belum meneruskan ceritamu tadi siang” Tutur Veta.“Iya, Dey. Siapa pria berdasi itu ?” Sambung Iren.“Namanya Dirga Permana, kemarin Ia baru tiba dari New York”“Dia masih punya hubungan keluarga dekat dengan Ayahku, sekitar 2 bulan ke depan dia diberi kepercayaaan oleh Ayahnya untuk mengelola Permata Mall. Dan kebetulan Ayahku menawarkannya untuk tinggal bersama kami saja, agar dia bisa lebih mudah untuk meminta petunjuk kepada Ayahku tentang strategi bisnis yang belum dimengertinya” Jelas DeyOh begitu ya…“Kenapa, kau tidak ceritakan kepada kami, kalau di rumahmu ada pria tampan seperti dia ?” Ujar Veta dengan genit.“Aku tidak tertarik untuk membahasnya” Jawab Dey asal.“Yakin, kalau tidak tertarik ?” Lirih Sellyn.Dey melirik Sellyn dengan selidik.“Kalau kau tidak mau, buat kami saja” Gurau Iren.Dey langsung melemparkan tissue ke wajah Iren, lalu mereka bertiga pun serempak tertawa meledek Dey.“Asal kalian tahu saja, Dirga Permana itu orangnya dewasa. Mana mau dia tertarik pada gadis ingusan seperti kita. Di depan matanya kita tidak lebih deri seorang adik kecil, itu saja”“Oh ya ?” Lirih Sellyn.Dey memanyunkan mulutnya.“Silahkan kalian coba sendiri saja”“Memangnya kau pernah mencobanya, ya ?” Timpal Veta.Wajah Dey semakin kusut saja, Ia meneguk minumannya sampai habis.“Malas ah, bicara dengan kalian. Membosankan. Juga idiot”Ketiganya pun kembali tertawa sambil mengejek Dey.“Lalu, di mana pria berdasi itu ?” Sambung Veta lagi.“Tentu saja di Mall” Jawab Dey singkat.“Ayo, kita main ke sana. Sekalian cuci mata. Bukankah kita sudah lama tidak jalan-jalan ke Mall berempat” Usul Iren.“Apaan sih, sembarangan” Sanggah Sellyn sambil menyikut Iren.“Hey, meski kita akan ke Mall bukan hal yang gampang untuk bertemu dengannya. Dia itu orang penting, dan tidak sembarangan menemuinya tanpa membuat janji terlebih dahulu dengan sekertaris pribadinya” Sambung Dey.“Payah” Sengut Veta dan Iren kompak.“Lain kali saja aku akan mengajaknya untuk bertemu kalian”“Janji ?” seru ketiganya secara bersamaan.Dey tersenyum geli melihat reaksi mereka.“Maunya” Tukas Dey sambil menjulurkan lidahnya.Iren, Veta dan Sellyn saling berpandangan lalu……Byur……Mereka bertiga menyeret dengan paksa tubuh Dey dan menceburkannya ke kolam renang.“Emangnya enak dikerjain ?” Seru ketiganya sambil tertawa lepas.Dey menatap dongkol setengah mati pada mereka.# # # Setelah memarkir Black Jaguarnya di garasi, Dey melangkah terendap-endap melintasi ruang keluarga. Karena Ia yakin Ayahnya pasti sedang bersama Amanda Di sana. Sekedar santailah.“Dey” Tegur Amanda.Ternyata Dey tidak bisa lolos begitu saja dari pengawasan Amanda. Dey pun terhenti di ujung pintu ruangan, Ia berdiri dengan kaku dan tidak berani menatap Ayahnya. Karena sekali lagi Ia tertangkap basah.“Dari mana saja kau ?” Tanya Ayahnya.Ehmmm… Dey mendengung saja.“Dia pasti habis keluyuran bersama ketiga sahabatnya itu. Tadi siang mereka datang menjemputnya”Dey tidak dapat membantah perkataan Amanda yang begitu memojokkannya, karena memang begitulah kenyataannya.“Tidak baik anak gadis pulang selarut ini ke rumahnya” Sambung Ronny sembari melirik ke arah jam dinding yang menunjuk ke arah pukul 9 lebih.“Berkali-kalikan sudah kusarankan untuk menarik kunci mobilnya, atau kalau perlu mobilnya dijual saja. Lagian mobil semewah itu belum pantas dikenakan oleh seorang pelajar seperti dia” Ujar Amanda.Dey menatap dongkol kepada Amanda.“Ini tidak ada hubungannya dengan Jaguarku, lagipula hanya tinggal beberapa bulan lagi aku akan meninggalkan bangku sekolah dan menyandang status sebagai mahasiswa” Sanggah Dey kecut.“Alasan klasik” Sahut Amanda Lirih.Sambil menghentakkan kakinya Dey langsung memutar arah tubuhnya hendak pergi tanpa pamit.“Dey…”Seruan Ronny kembali menghentikan langkah Dey.“Apa yang dikatakan Amanda benar, sebaiknya kau harus mengurangi jadwal main yang berlebihan seperti ini, bukankah sekarang kau sudah tingkat III. Seharusnya kau lebih konsentrasi pada belajarmu”Nasehat dari Ayahnya justru membuat emosi Dey semakin bertambah. “Kenapa Ayah selalu membela Amanda ?” Tukas Dey.“Apa Ayah pernah bertanya padaku sebelumnya ? Kenapa aku begitu tidak betah jika harus tinggal di rumah ? Kenapa aku lebih tertarik untuk main dengan sahabat-sahabatku di luar sana ?? Dan kenapa aku tidak pernah puas dengan semua kesempurnaan yang Ayah berikan padaku di rumah ini ?” Tukas Dey sengit sambil menahan genangan air matanya.“Kalian yang membuatku enggan di rumah !! Kalian yang menciptakan suasana kaku dalam rumah ini !! Dan kalian yang memperlakukan aku seperti seorang narapidana yang selalu diawasi, seolah-olah aku selalu salah di mata kalian” Suara Dey semakin meninggi.Ronny langsung teranjak dari duduknya dan menghampirinya. Ronny merasa seperti kebakaran jenggot disahuti seperti itu oleh Dey.“Kau bilang Apa ?” Ujar Ronny dengan wajah yang tak kalah kesal.“Kau pikir selama ini Ayah tidak memperhatikanmu ? Apa yang menjadi keinginanmu yang tidak pernah Ayah kabulkan ? Dan sekarang Kau berani bicara seperti itu pada Ayah ?”Tampak Ronny juga mulai terbakar emosinya dengan perlawanan Dey. Amanda mulai merasa khawatir dengan perang mulut keduanya, Ia pun beranjak dari duduknya lalu menghampiri Suami dan anak tirinya.“Sejak Ayah menikah dengan Amanda, Ayah tidak pernah memperhatikan aku lagi. Malah Ayah hanya sibuk memikirkan tentang semua yang diinginkan istri muda Ayah” Bantah Dey yang masih tak mau kalah.“Jaga bicaramu, Dey ! Sebelum Ayah benar-benar marah”“Ayah egois !! Kalau Ayah memang tidak mampu untuk mengurusku, kenapa Ayah harus mati-matian memperjuangkan hak asuhku segala. Kembalikan saja aku pada Ibuku……”Plakh……Tamparan Ronny langsung mendarat di atas pipi putri bungsunya.“Paman Ronny !!” Seruan Dirga menyela suasana panas itu.Dirga yang baru saja tiba dan menyaksikan peristiwa itu dengan spontan langsung bergegas merangkul Dey, sementara itu Amanda pun langsung menyergap lengan Ronny yang baru saja diayunkannya untuk menampar pipi putrinya.Kedua mata Ayah dan anak itu saling beradu dengan dingin, Dey menatap Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.“Sudahlah…” Bujuk Dirga sambil menyeret tubuh Dey menuju ke lantai atas hendak memisahkan keduanya yang sedang terbakar emosi.“Anak pembangkang” Sengut Ronny dengan murka.“Ronny, tenangkan dirimu. Tekanan darahmu bisa naik” Ujar Amanda sambil mengelus dada Ronny.# # # Brakhhh… prakh… bukh..bkuhhhDengan berang Dey membanting barang-barangnya yang tergeletak menghiasi meja belajarnya. Walhasil buku-buku berseliweran di mana-mana, peralatan tulis menulisnya tercecer begitu saja. Bahkan keramik kecil dan Vas bunga pun turut dilemparkannya juga ke lantai hingga pecah dan berhamburan. Kamar yang tadinya tertata rapih kini seperti baru saja di landa badai hebat.Dirga mematung di tempatnya menyaksikan aksi brutal Dey.Hik..hik..hikk…..aaahhhhhhkkk……….!!!!Tiba-tiba saja tangisan Dey yang sejak tadi ditahannya pecah dan melengking tinggi, Dey menangis sejadinya.Ia terduduk lemas dilantai sambil membenamkan wajahnya pada kedua telapak tangan yang kini menutupi wajahnya. Genangan air matanya mengucur dengan deras melewati sela-sela jarinya.“Nona muda”Anabella yang berniat hendak masuk untuk membujuk dan menenangkan majikan kesayangannya itu langsung dicegat oleh Dirga di depan pintu.“Biarkan dia” Sahut Dirga dengan setengah suara.“Dia sedang kesal, biarkan dia melampiaskannya. Setelah tenang baru ajak dia bicara baik-baik” Ujar Dirga lagi.Sambil mengangguk dengan patuh, Anabella pun pergi dengan langkah yang berat meninggalkan Dey bersama Dirga.Sementara itu tangisan Dey bukannya mereda tapi malah meninggi, rupanya hatinya begitu sakit hingga air matanya pun tak cukup untuk mengobati kekesalannya. 1 jam berlalu……Wajah Dey telah basah kuyu karena genangan air matanya yang sejak tadi tidak pernah berhenti mengalir, Ia masih terduduk kaku di lantai. Nafasnya pun masih tersendat-sendat karena isak tangis yang belum sepenuhnya berhenti, namun suara tangisannya sudah tidak terdengar lagi. Dirga yang sedari tadi berdiri mematung di depan pintu kamar sembari menunggunya berhenti menangis, akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Dey setelah Ia memastikan keadaan Dey tampak mulai terkontrol.Dirga meletakkan tas kerjanya di meja belajar Dey yang kini begitu berantakkan. Lalu menanggalkan jasnya. Sambil berjalan menghampiri Dey, Dirga melonggarkan ikatan dasinya, kemudian menggulung lengan kemejanya hingga ke siku.Dirga berjongkok di samping Dey.“Gadis kecil…” Panggil Dirga dengan suara pelan seolah berbisik.“It’s time take a bath” Sambung Dirga.Dey masih diam dan tak menyahut, bahkan tak menoleh sedikit pun.“Kau pasti lelah setelah sejam lebih memberontak seperti ini”Perlahan Dirga membelai kepala Dey dengan lembut.“Ayo, bersihkan dirimu” Pinta Dirga.Dey menoleh kepada Dirga dengan wajah yang masih begitu sendu.“Paling tidak, kau harus jadi orang pertama yang memperdulikan dirimu sendiri” Ujar Dirga lagi.Air mata Dey kembali terjatuh, namun Dirga langsung menghapus butiran bening di wajah Dey.“C’mon baby……”Dirga pun memapah tubuh Dey untuk berdiri, lalu dengan langkah yang pendek Ia mengantarkan Dey hingga ke depan pintu kamar mandi pribadi dalam ruangan tersebut.Langkah Dey terhenti saat kakinya nyaris masuk ke dalam kamar mandinya, Ia kembali menoleh ke arah Dirga.Tatapan Dey begitu dalam.“Aku akan menunggumu sampai kau selesai membenahi dirimu”Seolah Dirga mampu menembus alam pikiran Dey, dan berkata sesuai yang diharapkan Dey saat itu. Maka Dey pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi untuk membasuh dirinya.Suara air yang mengalir dari shower terdengar, demikian pula aroma teraphy dari sabun mandi dan shampoo yang digunakan Dey tercium hingga keluar ruangan.Krakh……Selang beberapa menit kemudian Dey keluar dari kamar mandinya dengan mengenakan pakaian tidurnya yang berpola gambar kartun Himmura Kenshin dari bahan dasar kain berwarna putih. Rambut panjangnya yang baru saja dikeramas dibiarkannya tergerai hingga menambah kesan fresh di wajahnya. Dey mendapati Dirga sedang membantu Anabella untuk menyusun buku dan peralatan belajar lainnya di atas meja belajar Dey, sedangkan John tengah membersihkan lantai sambil mengumpulkan pecahan-pecahan keramik yang tercecer di lantai.Dey mengambil posisi untuk duduk di atas ranjangnya sambil menyilangkan kakinya. Ia menatap ke sekeliling kamarnya yang kini telah tertata dengan rapih kembali berkat Anabella, John dan tentu saja Dirga.Setelah selesai dengan pekerjaan masing-masing Anabella dan John pun beranjak pergi meninggalkan ruangan kamar Dey.Kini Dirga berdiri di hadapan Dey.“Sekarang, kau sudah tampak lebih manis” Ujar Dirga sambil tersenyum seperti biasanya.Dey masih tetap diam, seolah kehilangan tenaga untuk bersuara. Dirga membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu menatap Dey dengan lembut.“Dan sekarang pun kau harus lebih menenangkan dirimu dengan tidur” Dirga memperbaiki letak bantal, lalu membaringkan tubuh Dey. Setelah itu, Ia pun menarik selimut tidur dan memakaikannya ke tubuh Dey hingga kini hanya tinggal kepalanya yang tersembul keluar.“Everything’s gonna be alright, if you try” Ujar Dirga lembut sambil mengelus kepala Dey dengan manja. Setelah itu Ia pun beranjak pergi.“Dirga…” Suara Dey yang terdengar serak menghentikan langkah Dirga yang nyaris pergi dari hadapannya.“Kau punya kalimat apa lagi hari ini ?” “Aku pasti akan kesulitan untuk tidur malam ini” Sahut Dey.Dirga kembali menghampiri Dey, lalu berjongkok di hadapannya hingga Dirga bisa menjajari wajah Dey yang kini terbaring di atas sebuah bantal. Dirga menangkap ekspresi kalut dalam tatapan Dey yang dalam padanya.“Tidak ada seorang pun yang mampu melakukan sesuatu dengan sempurna tanpa ada kesalahan sedikit pun. Marah belum tentu benci. Dan benci belum tentu awal dari masalah”“Yang kau lakukan tidak sepenuhnya salah atau pun benar, tetapi sudah pasti akan tetap ada nilainya”“Kau tidak harus menyesalinya, kau hanya perlu membenahi hal-hal yang baru saja berantakkan. Itu awal dari kedewasaanmu”Dirga menutup ucapannya dengan sebuah senyuman tipis.# # # Jam dinding di ruang makan keluarga Permana 10 menit lagi akan menunju ke angka 7. Suasana pagi yang kaku.Dey telah menempati kursinya yang berhadapan langsung dengan Dirga. Sementara Amanda duduk bersisian dengan Dirga. Namun kursi utamanya masih belum terisi juga oleh penghuninya.Dey melirik kursi Ayahnya yang masih juga kosong.Aneh, tidak biasanya Ayah belum sarapan pada jam seperti ini.“Nyonya, Tuan besar tadi pagi pamit.....” Semua perhatian teralih pada Anabella.“Pamit ?” Kejut Amanda.“Tuan besar akan menginap di Sun squere selama 3 hari” “Apa ???” Tidak hanya Amanda, tapi Dey dan Dirga pun ikut terkejut mendengar.Apakah aku benar-benar keterlaluan hingga begitu menyakiti hati Ayah ?? bukankah sun squere adalah villa keluarga yang tempatnya berada dekat dengan pegunungan hijau. Tempat yang selalu dikunjungi Ayah untuk melepaskan segala kepenatannya.Tanpa komentar, Dey tiba-tiba saja beranjak dari duduknya lalu meraih tas sekolahnya dan langsung pergi begitu saja. Meluncur dengan cepat bersama Black Jaguar meninggalkan rumah tanpa melanjutkan sarapan paginya.# # # Alice terpaku di depan pintu sebuah butik milik Ibunya, matanya menatap pada sebuah mobil yang memasuki pelataran parkir yang ada di depan halaman butik. Ia memastikan atas apa yang dilihatnya.“Himmura Kenshin !!!” Seru Alice.“Ibu !!! ……Kenshin datang, bu !!!!”Alice berseru dengan girang saat Ia yakin bahwa penglihatannya benar.












Selasa, 01 Februari 2011

Sunyi Sendiri

Deburan ombak tak mengganggu asyiknya kami yang sedang mengobrol, gemuruh itu malah menemani hangatnya bercengkrama. Kami berkenalan di Bandung dan bertemu lagi disini, di pantai pangandaran.Berdua bertiduran diatas pasir putih dengan beralaskan sehelai sarung batik.Kerang dan karang kecil yang terlempar terbawa ombak terdampar di tepian. Sebagian bertebaran di hadapanku, Sambil telungkup disamping dia yang terbaring, aku meraih benda-benda kecil itu, kukumpulkan hingga menggunduk. „aku kira kau penduduk lokal“„memang sulit menbedakan“.„Sudah berapa lama kau tinggal di Eropa ?“.„Lebih dari satu dekade, semakin lama semakin tidak tahan“.„Mengapa ?“„Tidak tahan menghadapi hidup sendiri ha..ha..ha ...“.„Hmm kesepian, Ya ??“.„Berapa lama berlibur ?“„Satu bulan ?“ Angin sepoi- sepoi bertiup, Terasa sejuk menerpa kulit tubuh yang kepanasan terbakar teriknya sang matahari. „Jadi Besok kita pergi ke Jojagkarta“„Ya, kita naik shuttle bus jam 9 pagi“ Siang berganti sore, matahari mulai enggan menampakan seluruh sinarnya, dan malah dibalik gunung surya itu menghilang, meninggalkan lembayung, kami bergegas pergi sebelum langit menghitam. Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, akhirnya tiba juga di Jogja. Kami isi hari-hari Berduaan naik becak keliling kota Jogja, naik andong seperti tamasya, sungguh sangat mengesankam, seperti sejola yang sedang melepas rindu, intim dan mesra. Naik angkutan kota dan bis pergi mengunjungi candi Borobudur dan candi Prambanan, bertandang ke kraton Jogja, jalan-jalan ke pasar traditional, melihat para pengrajin membuat batik dan perhiasan dari perak., di malam hari pergi makan di lesehan. Setelah itu kami tinggalkan Jogjakarta. „kamu gila, akhirnya kamu jadi ikut aku ke Sulawesi?“ Anggie menatapku dengan heran.„Sudah kukatakan aku tak punya rencana yang pasti, segalanya bisa berubah“. Pesawat merendah, dan terus merendah hingga terasa dua roda belakang menyentuh bumi yang disusul dengan roda depan beberapa detik kemudian. Dan akhirnya Pesawat berhenti disuatu landasan. „Huuh Panas“. Udara yang menyelimuti Makassar sangat menyengat, keringat bercucuran di kening dan di badan hingga merembes ke pakaian. Fort Rotterdamm peninggalan sejarah kolonia belanda dari luar hanya terlihat seperti pintu gerbang berukuran sedang , atasnya melengkung dengan design Art DE CO. Di dalam ternyata banyak gedung yang dulu adalah bekas asrama laskar dan kantor yang dipakai para pejabat pemerintah Hindia Belanda dan masa kini beralih fungsi menjadi museum perjuangan. Saat malam tiba kami ke pantai Losari mencicipi masakan ikan laut dengan bumbu khas makassar. Esok paginya kami tinggalkan hiruk pikuk kota . Semenjak pertama kali aku melihat dia, sudah menaruh hati. Matanya yang besar, hidungnya yang mancung, dan senyumnya yang menawan yang pada suatu malam telah menggangguku saat berbaring diatas kasur, sulit memejamkan mata untuk menyongsong hari esok, ingin bangkit dan pergi mengetuk pintu kamarnya, mengajak bercengkrama sampai larut terlewati. Aku mendelikan mata mencuri pandangan ke wajahnya, dia tertidur disampingku, sungguh menawan, nafasnya terdengar berirama sahdu. Kelopak matanya yang menutup terlihat sayu dihiasi bulu lentik matanya yang berbaris indah. Sesekali dia menggerakan wajahnya, merubah posisi sandaran, dan malah mendekat ke bahuku, dan saat Bis membelok di tikungan kepalanya terlempar jatuh di tubuhku. Perasaanku menjadi tak menentu, jantungku pun berdebar, ku coba memandang keluar lewat kaca jendela, bukit-bukit yang jauh disana seperti menyaksikan, sawah-sawah yang menguning malah seperti mentertawakan.Aku mencoba mematung , tak mau mengusik dia yang tengah lelap disandaran tubuhku. Namun tiba-tiba dia terbangun, matanya membuka lalu menatapku. „Dimana kita ?“ tanya dia, nadanya lembut„Jarak ke Rante Poa hanya tinggal beberapa kilometer saja“. Aku pandangi dia, matanya berbinar.„Oh.... Saya tidur nyenyak sekali“.dia menggeliat , tubuhnya yang ramping melekuk indah, menggoda mataku untuk menoleh mengejar gerakan badannya Saat sore hampir kehilangan terangnya, Bis tiba di pusat kota Rante Poa, berhenti di Agennya. kamipun bergegas keluar. Tak jauh dari jalan raya Kami memperoleh penginapan yang nyaman, kamar dia bersebelahan dengan kamarku.**** Saat aku berbaring di kasur, membuang kelelahan dari lamanya perjalanan, wajah dia datang lagi membayang dipikiran, kalau seandainya ada celah kecil dari kamarku tembus ke kamarnya, ingin rasanya mengintip dan kuamati sedang apa gerangan dia disana.Kucoba untuk membiaskan angan yang terlena, ku raih sebuah buku dari ransel, buku tentang paduan Tanah Toraja. Ku baca, kupelajari sampai seluruh halaman terkuasai, hingga akhirnya mata tak bisa menahan kantuk , lelah dan aku tenggelam dalam mimpi. Ayam jantan berkokok nyaring sekali, Burung-burung yang hinggap di pohon jambu ikut bernyanyi riang menyingsing datangnya pagi yang cerah. Sinar matahari menelusup kecelah-celah jendela kaca yang tak tertutup rapat oleh tirai, seperti mahluk nakal yan menggoda dan memaksaku bangun segara menyiapkan diri untuk berwisata. Saat aku keluar dari kamar Angelina telah menunggu dibaranda. Dia menyambutku dengan senyum yang ceria. Sungguh beruntung, Langit yang cerah mengantar kami pergi menjelajahi dusun, kuda besi yang tak bernyawa namun bertenaga ganda melayani kami dengan setia, suaranya meraung-raung, aku kemudikan dengan seksama, Angeline tak pernah menampakan rasa ragu dan tak percaya, malah marasa aman dan nyaman duduk dibelakangku sambil mengamati pemandangan disekitar yang terlewati. Kami singgahi kampung demi kampung hingga sampai di desa Rantepangli, kami dapatkan suatu keluarga sedang menyelenggarkan persembahan Upacara pemakaman jenazah adat Toraja, lalu berhenti untuk menyaksikan . Sungguh sangat memikat, para kerabat dan tentangga melayat datang dengan membawa kerbau dan babi sebagai tanda belasungkawa, disambut dengan tari-tarian dan alunan lagu daerah, seorang moderator dengan memakai pengeras suara mengalunkan pantun-pantun menyambut mereka, upacara semakin semarak, rumah Tongkonan dan lumbung padi yang berdiri megah berjajar indah menjadi hiasan yang paling mempesona dalam suasana acara yang mengharukan. Lama kami berada disana, mengamati, mempelajari, merenungi maknanya dan mengabadikannya dalam potret. Hari kedua, ketiga hingga keempat , kami masih tak lelah menelusuri desa-desa, pergi ke Sigutu mengunjungi rumah adat Tongkonan dan lumbung-lumbung padi milik bangsawan Pong Tandi Bulaan, ke Kambira melihat Kuburan bayi diatas Pohon, ke Palawa perkamungan traditional Toraja, ke Londa mengunjungi kuburan yang terdapat dalam Gua Purba milik Lengkong dan To Para´ pak keturunan dari Tandililno , orang pertama yang membuat Erong peti mati dari kayu, ke Bantu Pune, ke Lemo, juga ke obyek wisata alam air terjun di Sarambu, mata air panas di Makula dan ke kolam mandi alam yang airnya sejuk dan bersih di Tilangnga. Dengan suka cita dan riang gembira tak ada bosannya kami berputar-putar mengilingi Tanah Toraja, Bagaikan dua makhluk yang baru terlahir kedunia , serba ingin tahu dan penasaran untuk datang ke semua tempat hingga suatu waktu aku terpaku dan bingung apa yang selanjutnya harus kulakukan. Aku terlanjur intim dengan Angelina, namun waktu mengingatkan bahwa tak mungkin untuk terus berada disamping langkahnya , rencana perjalannya memerlukan waktu yang lama, jika pergi ke Tentana bersamanya, dengan perjalanan 12 jam, beberapa hari aku harus menginap disana, lalu pergi ke Togean pulau yang sangat terpecil yang berada di wilayah yang sulit dan jarang transportasi laut, paling sedikit disana memerlukan waktu seminggu bahkan mungkin lebih untuk bisa keluar lagi, aku ragu jikalau aku bisa mengatur waktu dengan tepat hingga aku bisa menyebrang ke Gorontalo dan mencapai Manado pada tanggal yang diinginkan dan dari sana harus terbang menuju Maksaar dan Bali, lalu kembali ke Eropa. Aku hanya memiliki waktu dua minggu lagi berada di Indonesia, sedangkan dia masih 4 minggu. Jika aku paksakan , bukannya kesenangan yang aku peroleh malah kecemasan yang membelenggu. Sebenarnya Aku sudah merasa puas bisa datang ke Toraja, meski tak berencana tetapi datang ke daratan ini adalah impian yang lama kusimpan dan sekarang telah tercapai. Namun untuk terus berpetualang lebih jauh di pulau sulawesi mengikuti jejak dia, diluar dari kehendak, dan seandainya aku harus melakukan itu karena hasrat cinta mungkin bukan alasan yang begitu tepat. Di sebuah kursi berenda kamar hotel di bawah lampu yang menyala redup, aku menimbang-nimbang untuk memutuskan rencana selanjutnya. Tapi sungguh....cengkrama , canda dan tawa membuat kami sangat akrab dan semakin lama aku mengenal dirinya semakin kental pula dengannya dan semakin terasa berat untuk berpisah. Dalam Bimbang, keraguan seakan mengingatkan , bahwa perasaan dan emosi hanyalah bias yang nampak seperti remang dan bayangan yang tak jelas, dan tak mampu memberi jawaban yang pasti, apakah perasaanku adalah suatu bisikan asmara dan apakah dia juga akan memberikan ruang untuk perasaan hati, untuk bersama memciptakan sebuah romantika cinta. Waktu untuk menyelami itu terlalu singkat. Dan aku pikir akan lebih baik jika aku pergi...„Bagaimana, Kamu sudah putuskan rencanmu ?“ Suara dia mengusik senyapku, aku perlahan bangkit dan berdiri dihadapanya, kutatap wajahnya lalu ku pegang pipinya, sejuk segar, rambutnya yang berwarna coklat tua terurai panjang setengah basah , dia muncul setelah beberapa selang waktu berada di kamar mandi. Dia terdiam , lalu ku kecup pipinnya yang lembab dengan minyak pelumas. diapun terdiam. Hal ini kulakukan bukan yang pertama , reaksi dia pun selalu sama. Aku kembali ketempat semula duduk merebahkan diri, dia mengikuti jejakku , duduk di kursi sebelahku. „ Apakah aku harus ke Tentana ?“.Aku sangat bingung, angeline tersenyum.„Terserah, suatu saat kitapun harus berpisah“. Terkadang aku sengaja bersikap terlalu mesra agar dia merasakan sesuatu yang lebih. Dia sering tanggapi dengan tidak perduli, tetapi juga diam membiarkan sentuhan mesraku. Hal ini membuatku ragu. Semalaman aku pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, akhirnya aku sampai pada suatu kepustusan, aku tidak mau mengorbankan waktu dan menguntit langkahnya dengan gelagat hati yang tak jelas, Aku memutuskan untuk kembali ke Makssar dan terbang ke Bali, lalu melakukan perjalan yang seperti telah diniatkan semula , ke Lombok dan berlayar ke pulau Sumbawa, komodo dan flores. Dipagi hari saat bersarapan , aku utarakan bahwa aku akan kembali ke Makassar.Angelina menatapku lama, matanya menjadi sendu. Dia seperti menyembunyikan perasaan duka, aku bertanda tanya apakah itu karena kekecewaan atas keputusanku.. „Jadi kau akan berangkat besok ke Makassar ?“ „aku pikir itu yang terbaik, Seandainya aku punya cukup waktu, aku lebih senang ikut rencanamu“. „Dani, lakukanlah apa kata hatimu“. Angelina memegang jari-jariku dan mengelus-elusnya.Suasana sekejap hening. Setelah selesai sarapan kami pergi ke pasar Bolu untuk menyaksikan geliat pasar dan jual beli hewan ternak kerbau dan babi yang diadakan hanya sekali seminggu. Disetiap gerak dan langkah terasa ada kekakuan diantara kami, Angeline sering nampak terdiam dan wajahnya tak berseri, dan aku mulai merasa gelisah. Bahkan lebih terasa lagi setelah aku membeli tiket bis untuk ke Makassar dan dia ke Tentena. Hari lebih banyak dihabiskan dengan santai tetapi perasaan malah tak menentu, kami malah sering membisu hingga sore berganti malam, dan saat lapar tak sabar lagi menunggu, kami pergi ke restoran di pinggir jalan di Karassik, tempat kami makan malam di hari pertama di Toraja. Tempatnya nyaman dengan Artistik bangunan menyerupai Rumah adat Tongkonan, berdiri megah seperti pendopo , batang-batang pohon kelapa yang kuat menyanggah atap yang terbuat dari injuk. Kursi dan meja terbuat dari bambu. Di siang hari bisa melihat kebelakang pemandangan hamparan sawah yang sedang mengguning. ''Besok aku akan kehilanganMu, Dani'' tuturnya tiba-tiba, dan lirih terdengar ''Tak ada lagi teman berbicara, teman main kartu. Aku akan sendirian di Bis. Kau tahu aku sangat menikmati perjalanan yamg telah kita lewati. Semua tempat yang kita singgahi di Jawa dan disini sungguh menajubkan, selebih itu karena kau bersamaku, kau pemandu yang cerdas dan penerjemah yang sabar, terima kasih“. „Kita sama-sama menyusun acara“.„Ya kita , kita telah bekerjasama dengan baik, team yang pas, dan kau sangat berguna“„kau juga, sangat penasaran, selalu ingin tahu, membuat aku jadi banyak tahu''.''Malam ini kita rayakan kekompakan kita.“ Dia meraih teh hangat yang berada di depannya, akupun begitu, kami hirup perlahan, asap kecil mengepul dari cangkir bagaikan kabut pagi. Suasana terasa Romantis , alunan lagu pop cinta mengalun. Kutatap wajah dia lama, dia membalas sorotan mataku, terasa dalam dadaku satu sentuhan menusuk benak. Ingin sekali aku menyentuh jemarinya yang munggil dan mengelusnya. “Sayang, kau memutuskan untuk pergi ke arah yang berbeda“.„Tapi, Angie aku ......“„Sudah tak perlu banyak pertimbangan“ Dia menutup mulutku dengan jarinya.“ Pergilah kemana kau mau“ lanjutnya. Tiba-tiba Pelayan muncul memotong obrolan, dia membawa hidangan yang dipesan, ikan Gurame bakar ala Toraja, gado-gado, kerupuk dan nasi. kami tidak meneruskan percakapan, malah mengamati hidangan jika semua tersedia. Ku tata mereka dengan teratur lalu kami santap dengan lahap. Aku menjadi bimbang , perasaan ini membuatku berpikir lagi, dan mencoba untuk mepertimbangkan tentang rencana kembali ke Makassar, Haruskah aku membatalkannya dan ikut ke Tentana bersama dia ?. Harus kah aku katakan bahwa aku menaruh hati padanya ? Ah tapi itu sangat geli sekali dan aku tak mau latah. Angin malam yang sejuk meniup menembus ruangan restoran, diluar remang-remang malam menyelimuti. Dijalan tak ada lagi kendarann yang lewat dengan sorot lampunya. Sawahpun hanya nampak seperti hamparan samar tak bermakna dan hanya terdengar pikikan suara beberapa penghuninya yang silih berganti, ringkikan jangkrik dan dengkuran katak di beberapa pojok yang gelap. Walaupun langit dijaga oleh bulan purnama yang memancarkann cahaya terang dan dihiasi bintang-bintang yang gemerlapan, namun malam berlalu tanpa suatu Ikrar Janji. Aku tetap pada pendirian yang semula, besok pagi akan ke Makassar, ku kecup pipi Angeline sambil mengucap selamat tidur. Malam yang larut mengantar kami ke kamar masing-masing dan aku baringkan badan di tempat tidur, aku ingat dia lagi , wajah dia yang menawan. Angelina , dia seorang warga amerika keturunan Libanon, cantik bagaikan bidadari dari surga * Di pagi hari saat berdiri di samping dua Bis yang akan berangkat ke tujuan yang berbeda, Angeline memelukku. „Jaga dirimu baik-baik“ katanya mendesah. „Kamu Juga“. „ Aku tidak akan pergi ke Togian setelah Tentena, tapi mau ke Palu dan terbang dari sana ke Manado. Di Bunaken aku hanya tinggal beberapa hari, aku pikir empat hari cukup untuk Diving. Ada waktu untuk menyempatkan diri bertemu kamu di Bali sebelum kamu kembali ke Eropa“ Katanya seraya melepaskan pelukan. ''Angie, bagaimana mungkin ?'' ''Aku masih punya waktu dua minggu setelah itu, aku akan ke Lombok selama satu minggu dan sisanya ku habiskan di Bali“. Aku bingung jadi tak mengerti rencan dia itu.„Angeline !“ „Aku akan kasih kabar untuk lebih pastinnya“.Dia mengecup bibirku, lalu berlari ke Bisnya yang sudah mulai bergerak. Aku merasa senang. „Tunggu“ tahan ku, dia berhenti dan menoleh. „Aku akan kirim kau email , Dani. Nikmatilah perjalananMu, have a good time, sampai jumpa di Bali“. „Ya; Kamu Juga , Have a nice trip“. Dia berlari lagi dan masuk ke dalam Bis. Aku menarik nafas, mulailah terasa pilu di hati. Aku perlahan melangkahkan kaki menuju ke pintu Bis. * Suara menderu dari mesin pesawat tidak mengusik pikiranku yang sedang menerawang. Dalam benak hanya terpendam rasa sesal dan kesal. Seharusnya aku mengikutinya ke tentana. Mengapa aku tidak mengikitu apa kata hatiku . Mengapa aku malah pergi berpisah dengannya , untuk sebuah cinta sebenarnya perlu pengorbanan , apapun resikonya tetapi malah sikap kecut yang aku tunjukan, Sekarang aku sudah ratusan kilometer jauh darinya, terlambat sudah , penyesalan sungguh menggerogoti diriku. Aku perlahan merasa yakin bahwa diapun menaruh hati. Keputusanku untuk berpisah denganya membuatku sangat kesal pada diri sendiri, sesal , kesal dan sedih.Ku coba menghibur diri dengan meyakinkan bahwa aku akan bertemu dia lagi di Bali, meski hanya beberapa hari tetapi itu akan menjadi moment yang berarti. Tak terasa setelah penerbangan satu jam dari Makassar pesawat mendarat di bandara Ngura Rai , Bali. Dengan memakai taksi dari bandara aku menuju kuta , kudapatkan sebuah Cottage yang munggil dijalan Padma. Bangunan bergaya rumah bali yang sungguh indah, dinding dan kerangka pintu dan jendela penuh dengan ukiran yang unik dan khas Bali. Di seberang jalan , terdapat sebuah internet cafe, aku pergi kesana saat malam menjelang larut. Kubuka Yahoo lalu ketulis sebuah Email untuk Angeline : ''Hi Angie, Aku lewati perjalanan dari toraja Ke makassar dengan menyenangkan, Armada Bis yang kutumpangi sungguh nyaman sehingga aku bisa bersitirahat dengan baik, tidur dan membaca buku, sewaktu-waktu kepandangi pemandangan di luar dari balik jendela. Pemandangan yang sama-sama pernah kita lihat, sawah-sawah dan gunung-gung nan jauh disana , hanya kunikmati sendirian. Sampai di makassar menjalang malam, terpaksa aku bermalam disana, tapi aku tak menginap di hotel tempat kita dulu.Pagi-pagi aku ke travel agent untuk membeli tiket pesawat, setelah itu kuhabiskan waktu berjalan-jalan di kota ,sampai mendekati jadwal penerbangan . Disetiap langkahku seperti ada sesuatu yang hilang . Ya... sungguh aku kehilangan sesuatu, aku kehilanganMu.. aku merindukanMu, Angie. Kutinggalkan kota makassar sore hari, pesawat Leon Air membawaku terbang ke angkasa dan saat take off, kupandangi pemandangan diluar,daratan yang luas , laut yang membiru, pantai yang putih bersih tak dapat ku expresikan dengan kata, sungguh menajubkan. Perjalanan tak begitu lama, dengan sekejap aku berada diatas pulau dewata, kulihat Gunung Agung seakan mencakar langit. Tak lama kemudian aku berada di bali dan masih survive. Aku tak tahu dimana kamu sekarang, mungkin sekarang kau disuatu tempat dimana orang tak bisa mencapaimu. Semoga kau baik-baik dan aku tak tahan menunggu kabar darimu. DANI“. Setelah aku mengirimkannya, aku akhiri dan kututup saluran internetnya, tak ada selera untuk membaca suatu website media berita atau membalas email dari kawan-kawan. Setelah kubayar ongkos pemakaian aku kembali ke Cottage. Di dalam kamar aku mengurung diri, mendengarkan musik dari sebuah CD player. Alunan satu judul lagu dari Album Ebiet GAD yang baru dibeli, benar-benar membawa ku hanyut dalam kerinduan dan tenggelam dalam suasana resah. Coba engkau katakan Padaku, apa yang seharusnya aku lakukanBila larut tiba, wajahmu terbayang kerinduan ini semkain dalamGemuruh ombak dipantai Kuta , sejuk lembut angin dibukit kintamaniGadis-gadis kecil menjajakan cincin tak mampu mengurir wajahmu yang manis. Bila saja kau ada disampingku,sama-sama arungi danau biruBila malam mata enggan terpejam, berbincang tentang bulan merah.... Coba engkau dengar lagu ini, aku yang tertidur dan tengah bermimpiLangit-langit kamar jadi penuh gambar, wajahmu yang bening sejuk segar Kapan lagi kita akan bertemu, meski hanya sekilas kau tersenyum kapan lagi kita nyanyi bersama tatapan mu mebasuh luka......... Aku terbangun saat matahari telah berada di tengah-tengah langit, rencana untuk pergi ke Lombok kuundurkan menjadi besok, hari terlalu siang untuk menyebrang kesana, jika kupaksakan aku baru akan tiba saat gelap gulita. Tak begitu peduli aku dengan berkurangnya hari untuk perjalanan, hari kuhabiskan berkeluyuran di pantai kuta, berenang, menjemur dan membaca buku, namun setiap gerak tak mampu mengusir bayang-bayang dia yang seakan menjelma. Setelah makan malam aku pergi ke Internet cafe lagi. Oh kaget bercampur senang , email balasan dia mampir di Mailbox belum begitu lama. ''Hi Manis, Aku senang sekali mendapat email dari mu, email yang menajubkan, kau tahu perjelananku ke Tentana sangat mengerikan ... gila.., Bis yang kutumapangi sungguh butut, Tempat duduk sempit sekali, bis berhenti setiap saat, penumpang di jejal, sebagian duduk dilantai, ayam dan binatang peliharaan lainya dimasukan ke dalam bis, beberapa orang muntah tak tahan dengan luak-liuknya jalan dan udara bau di kabin, mesin Bis mogok dua kali, ban meletus ditengah jalan..sungguh gila, dan tebak jam berapa aku nyampai, jam 12 malam. Terlepas dari itu Tentana sangat Indah, danau Poso sungguh menawan, keindahan yang tak tiada bandingnya. Sekarang aku ada di Ampana dan besok aku akan ke Togian, aku akhirnya memutuskan pergi kesana, kebetulan aku bertemu dengan seseorang dari Prancis yang juga akan kesana.“ Aku berhenti membaca, kutarik nafasku dalam-dalam, dada ini terasa sesak, tiba-tiba ingatan terasa linglung, dan perasaan sedih terasa menyeruak. Toh ternyata dia pergi juga ke Togian ,Pupuslah sudah harapan, tak ada lagi kemungkinan untuk bisa bertemu dia lagi, dia tak akan sempat untuk datang ke Bali sebelum aku kembali ke Eropa. ku ingat-ingat waktu kami sedang berada disamping bis di Rante Pao, ada seorang pria bule yang juga akan pergi ke Tentena, aku yakin bahwa lelaki itulah orang prancis yang dia maksud. Aku kesal sekali mengapa dia berubah pikiran. Kubaca Paragraf yang masih tersisa. Dani, aku rindu juga padamu, aku akan menulis email lagi sesampai di Manado, aku lihat apa yang aku bisa lakukan setelah itu.tapi jangan berharap.Ceritakan perjalananmu tentang berlayar, aku akan senang mendengarnya.Jaga dirimu baik-baik. Aku rindu kamu. Love, Angie. Paragraf yang terakhir tidak membuatku bergembira, malah membuatku seperti gila.Aku menjadi merasa semakin linglung. Kututup mailbox, lalu aku pergi, penjaga internet cafe sempat mencegat, aku lupa membayar. * Malam kulewati dengan gundah , tidurpun sering terjaga, hingga saat pagi muncul aku terbangun oleh suara ketukan pintu , seorang sopir menjemput untuk membawaku ke pelabuhan, perasaanku serasa hampa, lama hingga kubawa menyongsong siang di atas dak Ferry yang berada di tengah laut. Ferry yang sarat dengann muatan , ratusan penumpang, puluhan kendaraan roda empat, truk, mobil dan sepeda motor baru satu jam meninggalkan pelabuhan Padang Bay , berusaha keras menerjang Ombak, entah berapa knot yang dikeluarkan untuk mendorong lajunya tetapi yang terasa badan kapal seperti terombang-ambing bertahan diriak ombak yang sama.Perlahan pulau Bali mulai tak nampak, namun Lombok belum terlihat, yang ada hanya biru lautan mengelilingi , dari kejauhan terlihat kapal lain yang sedang berlayar. Aku memandingi laut yang airnya tak mau tenang, gelombang ombak silih berganti, dan besarnya beragam. Namun pemandangan yang kulihat tidak mengusik hati yang diselimuti oleh kegundahan. Wajah angeline sewaktu-waktu terbayang, mengganggu , membuatku resah, membuyarkan pikiran hingga aku tak sadar saat Fery tiba di pelabuhan Lembar, bahkan saat shuttle bus membawaku ke senggigi aku masih tenggelam dalam lamunan, baru saat sampai di Singgigi. Aku mulai terkesiap, berfikir untuk merencanakan perjalanan selanjutnya. Akhirnya aku batalkan rencana berlayar dengan kapal pesiar traditional ke lautan Sumbawa, Komodo dan Flores, karena suasana hati tidak menentu, Aku memutuskan pergi ke Gili air, dengan harapan hati bisa terhibur dengan bersantai, tapi kenyataan lain di gili air pun aku tak mampu betahan lama, hanya semalam aku sanggup menghadapi kesunyian, pantai putih yang indah dan tepi laut yang bersahabat dengan airnya yang jernih tenang, menggoda untuk menlemparkan tubuh kedalamnya, tak bisa membuatku tahan untuk menelan sepi. Sehingga aku menyebrang ke Gili Terawan, suasana agak berbeda , geliat dan denyut kehidupan yang ramah menemani kesendirian, keramaian di beberapa cafe dan lantunan instrumens dan lagu dari live music di saat malam seolah menjadi penghibur, beberapa orang yang sedang berlibur menjadi teman sementara tetapi masih tetap tak bisa mengusir bayangan dia yang terkadang muncul di kamar, di fatamorgana, di langit, di laut, di pantai, dimanapun dan kemanapun aku pergi. Aku telah Jatuh cinta, kata suara hatiku. Sambil bergelut dengan suasana hati yang murung, Kunikmati hari demi hari dengan berbagai acara, mengisi dan menikmati liburan yang setiap kejap terus menyusut. Yang pada akhirnya aku tersadar bahwa waktu cepat berlalu, aku mampir ke sebuah internet cafe setelah membeli tiket perjalanan kembali menuju Bali. Aku tidak berharap akan mendapatkan email dari Angeline, dan memang waktu ku buka mailbox tak nampak email dari nya , hanya beberapa datang dari kawan menanyakan kabar dan keberadaanku. Setelah kubalas , aku mencoba menulis pada nya, meski sebenarnya tak begitu bergairah untuk menekan tombol-tombol keybouard yang sudah luntur huruf-hurufnya. „Hi Angie, Meski ini bukan yang pertama kali ke Lombok, tapi aku mendapat kesan baru, pulau lombok sangat berkembang, infra struktur baik dan jalan-jalan mulus, bersih dan nyaman, walaupun Lombok tak sehijau Bali namun ke indahan alamnya sama mempesona. Aku urungkan untuk pergi berlayar, aku merasa tak bergairah untuk melakukannya, akhirnya dari Senggigi aku menyebrang ke gili Air. Aku dapatkan di Gili air sangat sunyi, saat malam datang tak ada suara lain yang terdengar, hanya gemuruh deburan ombak dan berisiknya daun kelapa yang bersentuhan tertiup angin. dan aku tak tahan dengan sepi yang telah mengusirku untuk meninggalkan pulau itu. Akhirnya aku menyebrag ke Gili Terawanangan, pulau ini tak banyak berubah, tidak begitu berbeda dengan waktu kunjunganku beberapa tahun yang lalu. Semuanya hampir masih sama, Di pesisir timur semarak berbagai denyut kehidupan, penduduk lokal dengan kesibukannya, sebagian bekerja di restoran, hotel dan bebagai macam turis service, para pengunjung menikmati hangatnya hari-hari dengan berjemur dan berenang, sebagian bersnorkling. Di tengah pulau tak banyak kehidupan, hanya kegersangan tanah yang kering, beberapa jenis tanaman tumbuh dan berjuang keras mempertahankan hidup di kekeringan musim kemarau. Di pesisir bagian barat hamparan pantai putih yang indah, tak ada banyak kegiatan. Hampir tiap hari aku melakukan jogging mengelilingi pulau, berenang dan melakukan snorkeling, kemarin aku menyebrang ke Gili Meno, disanapun tak kalah indahnya, bahkan di tengah pulau ada danau yang airnya jernih. Angie , jika kamu ke lombok , datanglah ke tiga gili ini, sangat indah sekali, kamu pasti suka, tetapi jika kamu ingin melihat binatang melata KOMODO, kau harus pergi berlayar dan saat singgah di pulau komodo, kamu akan dibawa melihat binatang langka itu. Meski aku urungkan untuk berlayar tapi aku tetap ingin pergi kesana , aku berjanji pada diriku untuk melakukanya suatu hari. Ternyata aku telah tenggelam menikmati hari demi hari sehingga aku lupa waktu berlalu begitu cepat, esok aku akan kembali ke Bali dan masih punya waktu empat hari sebelum kembali ke eropa. Akan ku habiskan waktu yang tersisa di Bali sebaik mungkin, Bali masih memikat buatku meski disana teralu ramai tapi masih banyak tempat yang bisa dipakai bersantai. Apakah kamu masih akan ke Bali ? jika kamu masih akan datang, kamu harus ke Ubud, disana kamu bisa melihat bagaimana kehidupan orang bali dengan adat istiadat , tradisi dan rutinitas sehari-hari melakukan upacara agama, kalau kamu beruntung bisa menyaksikan cremasi mayat. Sangat mengagumkan. Dan kalau kamu masih sempat bertemu aku di Bali, akau ingin mambawamu ke Jimbaran untuk makan ikan di pinggir pantai.... Bagaimana perjalananmu di Togian ? Aku tunggu kabarmu, semoga kamu baik-baik. Seseorang yang merindukanMu.. Dani. Perjalan kembali ke Bali memakan waktu seharian, tiket yang kubeli sama seperti yang dari Bali ke lombok, semua sudah all inclusive, sudah termasuk biaya perahu, ferry dan shuttle bus sampai diantar ke tempat tujuan di kuta, sangat praktis, aku tidak perlu pusing mengurusnya sendiri. Di sepanjang perjalan Aku tenggelam dalam lamunan, pertemuan dengan Angeline seakan seperti mimpi, dia muncul hanya sekejap tetapi meninggalkan bekas dan kesan sangat mendalam, malah membuat hatiku terluka, apalagi bayangan wajahnya masih terus menggoda, tak mau menghilang, membuat hatiku semakin nelangsa. Kesempatan untuk bertemu dia lagi tak ada, akupun tidak tahu harus kemana mencarinya, lagi pula waktu berlibur hanya tinggal hitungan hari. Aku perlahan menyadari bahwa kegilaan ini telah menyiksa diriku sendiri, tak ada yang bisa menenangkan gejolak jiwa ini kecuali melupakan dia, dan menganggapnya angin lalu yang telah mengoyak-ngoyak hati. Waktu menjelang petang aku baru sampai di kuta-bali , terpaksa menginap di cottage yang sama, setelah mandi dan makan malam aku pergi ke tempat seorang kawan lama,seorang yang merantau dari sumatra dan telah menetap di pulau dewata. kami bercakap-cakap, berbagi cerita panjang setelah lama tak saling jumpa. Akupun bercerita tentang Angelina. ''Sungguh berkesan kisahmu ini, tapi lebih baik lupakan saja, nikmatilah liburanmu yang tinggal 3 hari lagi. Seperti tak tahu saja wanita barat memang jinak-jinak merpati''. Tutur Bonar. ''Aku menyesal kenapa tidak terus menyertainya di Sulawesi''.''Sudahlah, tak perlu kau sesali, kau sudah memutuskan sesuatu yang benar. Aku pikir meski kalian jatuh cinta , mana mungkin bisa bersatu, kau tinggal di Jerman sedangkan dia di Amerika''.''Bon, dunia ini kecil, Meski laut membelah menjadi beberapa benua itu bukan suatu kendala, Aku bisa pindah kesana atau dia yang ke Jerman''''Sudah kau dengar lagi dari dia?''''Aku kemarin mengirim email padanya, tapi entah kapan dia akan menbalas''.''Menurutku percuma saja ada kontak, sekarang sudah terlambat, semua sudah berlalu. Lupakan saja dia, buanglah dia dari pikiranmu''.Aku termenung sejenak, Bonar menghirup kopinya. Memang semuanya sudah terlambat, dan tidak ada artinya mengenang sesuatu yang hanya membuat hati terluka. Namun untukku romantika ini sungguh sangat berkesan setelah sekian lama hidup sendiri , tak melihat bidadari yang tersenyum saat pagi menyambut sang surya terbit dan saat malam bermanja-manja meminta bulan berpurnama dan bercumbu diatas sana. Kesunyian seakan telah menjadi pendamping nakal saat malam lama terlewati, sepi seolah hantu yang jinak yang tak memberikan harapan apa-apa. Aku sungguh terlena dalam asmara cinta yang duka, meski memang tek pernah ku duga akan melewati secercah keindahan , dan meski ku coba ku tangkap dengan bimbang, ragu, bingung dan dengan keputusan yang salah, yang akhirnya menjauhkan harapan, namum sungguh indah , berbekas lama dan tak mau hilang begitu saja. Setelah semalam suntuk terjaga asyik bercengkraka , akhirnya Aku tinggalkan Bonar kawan yang ku kenal sawaktu masih tinggal di kota parahiyangan. Aku baru bisa memejamkan mata saat pajar menyingsing dan terbangun kembali saat sore baru menjelang datang. Sore tak sabar menunggu dan memaksaku untuk pergi ke pantai untuk menyaksikan Matahari yang akan terbenam. Bukan hanya aku, ratusan orang duduk mematung di atas pasir putih yang mengahampar panjang dan luas, memandang jauh ke lingkaran cahaya kuning yang dibalut oleh lembayung yang memerah. Sangat indah, perlahan sang bola yang tinggal setengah tenggelam dan menghilang. Aku melangkah pergi, dan mampir ke sebuah internet kafe. tak diduga-duga angelina mengirim email, isinya membuatku terperanjat. Hi manis, Aku baru sampai pagi hari ini di Menado, kamu tahu apa yang terjadi padaku, entah apa tulang rusukku mungkin patah atau cuma keseleo tetapi aku sangat cemas sekali, waktu aku di dermaga , aku terpeleset dan jatuh, tubuhku membentur lantai. Aku bingung apa yang aku harus lakukan, alasan utama ke sulawesi adalah untuk diving di Bunaken tetapi dengan keadaan ini, aku sangat kecewa , aku ragu karena sangat beresiko sekali untuk menyelam, Aku sudah mencoba mencari rumah sakit yang baik disini tetapi rasanya akan sia-sia karena kesulitan komunikasi, tak begitu banyak orang berbicara bahasa inggris. aku baru saja mendapat informasi di Bali ada sebuah klinik bernama Bali Medical Care yang bisa dipercaya , aku perlu di rogsent. Aku mungkin besok terbang ke Bali, dan mudah-mudahan masih bisa bertemu kamu sebelum kembali ke jerman. Dany mudah-mudahan kamu masih sempat membaca email ini tepat waktu. Aku rindu kamu, Angeline. Aku bergembira sekali tetapi seakan tak percaya. Aku balas secepatnya. Hi Anggie, Aku sangat senang mendapat kabar darimu, tapi sangat sedih pula mendengar kamu mendapat musibah. Datanglah ke Bali, mudah-mudahn cedramu hanya luka biasa dan kamu bisa menyelam di laut Bali atau di selat lombok, disinipun taman lautnya tak kalah indah. Kasih kabar aku kepastiannya dan kapan kamu akan sampai di Bali ?. Dani, Aku cepat kirimkan emailku, dan beberapa menit kemudian email balasan dia muncul. Dani, Terima kasih, kamu sangat cepat sekali tanggap, aku putuskan untuk terbang ke Bali, aku akan beli tiket itu sekarang juga, akan ku kasih tahu secepatnya kapan aku besok tiba. Sampai nanti XOXOXO. Aku pergi meninggalkan internet cafe dengan penuh ke girangan, lalu mampir ke sebuah restorant untuk makan malam, pelayan yang mempersilahkanku masuk dan duduk sudah bisa menduga bahwa aku dalam keadaan berbahagia, wajahku berseri-seri, pasti setiap orang yang melihat akan merasakannya. Hidangan yang ku santap terasa sangat lezat sekali, nafsu makan tiba-tiba bertambah dua kali lipat, tapi aku tak membiarkan hasratku untuk memesan makanan lagi. Setelah satu setengah jam aku duduk di pojok ruangan restoran, menikmati hidangan makan malam, aku kembali lagi ke internet cafe, .Email dari angelina kembali lagi hinggap di mailbox, isinya hanya mengabarkan kedatangan dia besok di Bandara Ngurah Rai. Pukul 09.30 pagi dia akan sampai disana. Tak sabar sekali menunggu esok, diatas kasur aku gelisah menanti, posisi kepala sudah kurubah berkali- kali, tapi kantuk tak mau juga datang, bantal yang menjadi sandaran kepala turut menjadi sasaran kegelisahan , sehingga ku bulak-balik beberapa kali sampai kapuk yang ada didalamnya menyembur keluar dari lubang kecil bekas jaitan yang sobek. Mata masih tetap terjaga, wajah dia terus terbayang, seakan tersenyum dan menghampiri, lalu memeluk, akupun tersenyum sendiri merasa senang dan sungguh terlena sampai tak sadar terbawa alam mimpi, lama dibawa melayang-layang ke awang-awang dan saat tidur lelap begitu dalam, bunyi alarm clock membuatku terkesiap.Aku cepat bangkit, langsung menuju ke kamar Mandi, aku siram tubuh dengan air yang dingin mengigil dan seluruh kulit ku gosok dengan sabun. Gigi yang terasa penuh dengan sisa-sisa makan yang masih terselip di gusi dan membuat tak nyaman di geraham aku sikat, kumis, janggot dan jambang yang setelah beberapa hari tumbuh tak terawat rapih, aku cukur sampai kulit muka terlihat lembut, bulu ketekpun kupangkas dan ku semprot dengan parfurm beraroma amour. Pukul 08.45 lima pagi aku menuju bandara, hanya 15 menit tersisa untuk menunggu kedatangan pesawat tiba. Di Bandara tempat menunggu, aku berdiri berderet dengan yang lain yang juga sedang menjemput, aku mulai tak sabar menunggu, ditemani oleh debar di dada yang semakin keras dan cepat , dan gemetaran di lutut ikut menyertai seperti terangsang oleh ritme detak jantung. Terdengar pengumunan bahwa pesawat yang membawa dia baru mendarat, di atas papan Jadwal pendaratan juga nampak tanda Landing menyala-nyala, jantung semakin terasa berdetak kencang, setelah beberapa belas menit berhamburan penumpang keluar, mata ku mencoba mengawasi setiap lenggang wanita bertubuh tinggi yang bermunculan, atau tersirat dalam pikiranku dia akan muncul dengan dipapah oleh beberapa orang. Tapi tiba-tiba dia datang, kepalanya melenggok ke kiri dan ke kanan mencari seseorang, aku lambaikan tangan, dia mengejar dengan tatapan dan tersenyum, setengah berlari menghampiriku. ''Hi, terima kasih , kau datang ke sini'' katanya, diwajahnya terlihat keceriaan, aku pun demikianDia memeluku, akupun merangkulnya.''Aku senang bisa melihat kamu lagi''''Aku juga, apa kabarmu, Anggie ?''''Baik.. hanya di sekitar tulang rusuk kanan terasa sakit''Jantungku yang tadi menggetarkan dada dengan kencang dan keras mulai kembali pada ritmenya yang normal. Perasaan bahagia menguasai ku, hari seakan hanya milikku dan mungkin milik dia juga, namun disaat-saat riang menggelora aku merasa heran melihat Angie yang nampak segar bugar, tidak terlihat seperti seorang yang memiliki cedra. Ku awasi seluruh tubuhnya, dan dia nampak begitu fit, ranselnya yang sarat dengan bawaan masih menempel rapat dipunggung, hanya wajahnya terlihat sedikit lelah..''Ayo aku bawakan ranselnya''. Dia menurunkannya, dan aku gendong.'' Ternyata kau masih kuat berjalan, aku pikir kau akan datang dengan dipapah oleh orang''.''Aku harap tidak ada sesuatu yang serius, aku ingin meyakinkan bahwa cedraku di rusuk belakang bukan patah tulang melainkan hanya keseleo saja, oleh karena itu aku perlu di rongsent'.'''Okey, aku bawa kau sekarang ke tempat ku, disana masih ada kamar kosong, kalau kamu suka bisa check in langsung, dan setelah itu ku antar kamu ke Klinik '':Angie mengangguk, aku menyetop taxi yang kebetulan lewat didepan kami. Tidak ada yang berubah, sikap Angelina masih sama seperti pada saat kami bersama sebelumnya, hanya wajahnya nampak sewaktu-waktu seperti mengerang manahan sakit. Pemeriksaan begitu cepat sekali, aku tak perlu lama menunggu diluar, Amgie muncul dengan senyum yang ceria.''Hasil diagnose negatif, cedraku hanya keseleo saja'' kata dia,''Aku diberi obat salep pelumas untuk melonggarkan ketegangan otot dibagian cedra dan pil anti sakit'' lanjutnya sambil menunjukan kedua barang tersebut.''Jadi tak ada yang harus dicemaskan lagi''.''Aku merasa tenang, Dany, sekarang aku bisa berencana tentang liburku yang masih tersisa, aku masih akan pergi ke Bunaken untuk menyelam, tetapi sebelumnya akan ke Lombok setelah kau terbang ke eropa dan kembali ke Bali dan terbang ke Menado lagi'':''Kau masih akan terbang ke Sulawesi lagi ?'' tanyaku seakan tak percaya.''Ya kenapa tidak''Aku sungguh tak mengerti dan sungguh heran. Kami berjalan menuju sebuah Cafe yang ada di seberang jalan, lalu duduk dipojok, mengambil tempat yang nyaman dengan posisi memandang keluar, hingga bisa melihat orang berjalan lalu-lalang.''Oh ya ceritakan pejalananmu di pulau Togien!''pintaku . aku ingin tahu hari-hari dia saat tinggal disana, dibalik itu sebenarnya aku ingin mengorek apa saja yang telah dia perbuat terutama dengan kehadiran lelaki prancis yang bersamanya, aku tidak bisa menyembunyikan perasaan cemburu yang menodong hati.''Togien sangat menajubkan, pulau yang sangat terisolir, pantainya indah dan air lautnya sangat jernih berwarna turki dan tak berombak setiap hari aku berenang, sungguh indah disana, kami tak pernah pergi kemana-man kecuali bersantai , membaca buku, berjemur dan bakar ikan dimalam hari''.''Oh jadi kamu tak sendiri ?''''Tidak, masih ada yang lain bersama kami''.''Maksud kamu , kami itu siapa ?''.''Aku dan Febian''.''Siapa Febian ?''.''Aku pernah menulis di email, dia orang prancis yang bersamaku dari Tentena, Ada apa dengan kamu Dany ?''. Mata anggie membelalak , memandangku sewot seakan kesal.Aku menunduk mencoba merubah paras wajahku yang sempat mesem. Aku merasa seolah telah menunjukan kecemburuanku terlalu jauh, dan angelina tidak begitu senang dengan sikapku itu. Sebelum suasana berubah menjadi kaku , aku mencoba mencari tema lain untuk dibicarakan. Aku sampaikan ide menyewa motor dan pergi ke Tanah lot esok pagi. ''Oh kita harus lakukan itu, kapan kamu akan ambil sepeda motornya ?''.Anggie sangat antusias dengan ide ku, dia setuju dan menyambutnya dengan senyum yang manis.''Aku akan ambil malam ini juga, sudah aku pesan sebenarnya. Sebelum kembali ke Hotel aku akan mampir ke sana''. Aku telah berusaha agar Angelina menunjukan sikap yang istimewa untukku, membuka harapan pertalian cinta, tetapi tak ada tanda-tanda dia mau memulai untuk itu, di saat kami pergi ke Tanah Lot dan kemanapun pergi, dia malah sering merubah percakapan jika aku menyinggung masalah asmara. Liburku memang hanya tinggal sehari lagi, dan malam terakhir tak akan ku sia-siakan, Aku harus berterus-terang dan dia harus memberi jawaban. Aku tak mau semua kekalangkabutan perasaanku hanya gejolak yang tak berarti. Disaat nanti makan malam di Jimbaran akan kucoba untuk berkata. Apapun reaksi dia akan kuhadapi dengan lapang dada. Jimbaran masih nampak lenggang , kami mungkin tamu yang pertama pada sebuah Restauran yang letaknya paling utara. Kugeserkan kursi untuk dia, lalu dia duduk tepat memandang ke laut yang hanya terlihat hitam dan dibeberapa tempat nampak pancaran-pancaran cahaya yang memantul dari lentera perahu-perahu nelayan. Aku pun duduk di sampingnya. ''Anggie, aku ingin mengatakan sesuatu'' kataku perlahan. ''Kau tak usah katakan, aku sudah bisa menebak apa yang kamu akan utarakan''. ''Kau yakin sudah tahu ?''. ''Aku sudah tahu''. ''Aku menyukaimu Anggie''. UjarKu. ''Aku juga menyukaiMu, Dany. Tapi aku hanya ingin berteman denganMu''. Tegasnya Aku merasakan kesunyaian yang tak terkirakan, aku membisu seribu kata, rasanya ingin menangis mendengar tutur Angelina. Air yang berlinang dimata hanya terlihat samar dan Angelina tak mau melihat itu, Aku merasa menjadi seorang lelaki yang tidak beruntung yang tenggelam dalam Sunyi Sendiri